Iklim Koppen: Klasifikasi dan Penerapannya di Indonesia
Profil
Wladimir Koeppen (1846 – 1940) seorang ahli fisiologi tanaman dari Prancis, merancang klasifikasi iklim pertama (1900) berdasarkan daerah tanaman dan kemudian memperbaikinya dengan memperhatikan suhu,curah hujan dan karakteristik musiman dari kedua unsur iklim tersebut (1918).
![]() |
Koppen |
Klasifikasi Iklim Koppen
System klasifikasi iklim Koeppen terdiri atas lima kelompok iklim
yang dinyatakan dengan huruf kapital.
A untuk Iklim hutan
tropis; terik dalam seluruh musim.
B untuk iklim kering.
C
untuk iklim hujan sedang; panas; musim dingin yang sejuk.
D
untuk iklim hutan salju; musim dingin yang sangat dingin.
E
untuk iklim kutub.
Untuk menyatakan jenis iklim utama, maka
tambahan symbol diperlukan kecuali dalam iklim kering. Tambahan huruf kedua
menyatakan sifat curah hujan, huruf ketiga menyatakan sifat suhu dan huruf
keempat menyatakan roman iklim khusus.
Jenis iklim utama dari
klasifikasi Koeppen yaitu:
Af Iklim hutan hujan
tropis. Terik; hujan dalam seluruh musim. Am Iklim monsoon
tropis. Terik, hujan berlebihan secara musiman.
Aw
Iklim savana tropis. Terik, kering secara
musiman, biasanya dalam musim dingin.
BSh
Iklim stepa tropis. Agak kering, terik.
BSk Iklim stepa lintang tengah. Agak
kering, dingin atau sangat dingin.
BWh Iklim
gurun tropis. Kering, terik.
BWk Iklim gurun
lintang tengah. Kering, dingin atau sangat dingin.
Cfa Iklim subtropic lembab. Musim dingin yang
sejuk, lembab dalam seluruh musim; musim panas yang panjang dan terik.
Cfb Iklim marin. Musim dingin yang
sejuk , lembab dalam seluruh musim; musim panas yang panas.
Cfc Iklim marin. Musim
dingin yang sejuk, lembab dalam seluruh musim; musim panas yang pendek
dan dingin.
Csa Iklim
mediteranian pedalaman. Musim dingin yang sejuk, musim panas yang kering dan
terik.
Csb Iklim
mediteranian pantai. Musim dingin yang sejuk, musim panas yang kering,
pendek dan panas.
Cwa
Iklim monsun subtropic. Musim dingin yang sejuk
dan kering, musim panas yang terik.
Cwb Iklim tanah tinggi tropis. Musim dingin yang sejuk dan kering, musim panas
yang pendek dan panas.
Dfa
Iklim daratan lembab. Musim dingin yang
sangat dingin, lembab dalam semua musim, musim panas yang panjang dan terik.
Dfb Iklim daratan lembab. Musim
dingin yang sangat dingin, lembab dalam semua musim, musim panas yang pendek dan panas.
Dfc Iklim subartik. Musim
dingin yang sangat dingin, lembab dalam semua musim, musim panas yang pendek dan dingin.
Dfd Iklim subartik. Musim
dingin yang sangat dingin, lembab dalam semua musim, musim panas yang pendek.
Dwa Iklim daratan lembab. Musim dingin
yang sangat dingin dan kering, musim panas yang panjang dan terik.
Dwb Iklim daratan
lembab. Musim dingin yang sangat dingin dan kering, musim panas yang
panas.
Dwc Iklim subartik.
Musim dingin yang sangat dingin dan kering, musim panas yang panjang dan dingin.
Dwd
Iklim subartik. Musim dingin yang sangat dingin
dan kering, musim panas yang pendek dan dingin.
EF Iklim es kekal atau iklim salju
H
Iklim kutub yang disebabkan ketinggian tempat.
Distribusi iklim secara geografis
Iklim tropis (A)
mencakup wilayah paling luas, yaitu sebesar 36,1%, dengan perincian iklim Af
sebesar 23,0% dan iklim Aw sebesar 13,1%.
Presentase daerah iklim di
muka bumi
Menurut data di atas ternyata 1/3 wilayah muka bumi beriklim tropis, atau iklim tropis merupakan bagian terbesar di muka bumi berdasar klasifikasi iklim dari Koeppen.
Kemudian disusul dengan iklim C, yaitu sebesar 27,2%. Iklim kutub menduduki urutan ketiga di muka bumi dengan presentase daerah sebesar 18,8%.
Iklim kering (B) dan iklim hutan salju (D) merupakan jenis iklim yang
mencakup wilayah paling kecil di muka bumi, masing-masing dengan presentase
10,6% untuk iklim B dan 7,3% untuk iklim D.
Perairan yang meliputi
wilayah seluas kira-kira 70% dari luas permukaan bumi, distribusi daerah
iklimnya hampir sama dengan distribusi di permukaan bumi.
Sebaliknya, di
daratan distribusi daerah iklim sangat berbeda. Iklim kering (B) dan iklim
hutan salju (D) meliputi daerah yang paling besar di muka bumi dengan
presentase masing-masing sebesar 26,3% untuk iklim kering (B), yang berarti
meliputi wilayah lebih dari ¼ dari jumlah luas permukaan daratan (kontinen)
dan 23,1% untuk iklim hutan salju (D), yang berarti meliputi wilayah lebih
dari 1/5 dari jumlah luas permukaan daratan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
iklim B dan D mempunyai karakteristik seperti jenis kontinen.
Penerapan metode Koeppen di Indonesia
Selain tiga jenis iklim A (Af,As dan Aw), Koeppen mengemukakan jenis iklim Am yang sangat penting bagi Indonesia.
Iklim Am menunjukkan iklim tropis dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm selama satu bulan atau lebih, tetapi pada bulan lainnya jumlah curah hujannya besar. Dengan keadaan semacam ini diharapkan bahwa tanaman tidak banyak dipengaruhi oleh kekeringan untuk sementara waktu.
Koeppen juga telah membagi jenis iklim kering (B) menjadi dua jenis, yaitu iklim stepa (Bs) dan iklim gurun (Bw), tetapi di Indonesia tidak terdapat iklim gurun.
Pada tempat yang tinggi di Indonesia terdapat iklim C. Pada dasarnya klasifikasi iklim menurut metode Koeppen dapat diterapkan di Indonesia, tetapi mengingat variasi curah hujan untuk suatu stasiun di Indonesia sangat besar maka hasil dari klasifikasi Koeppen kurang dapat memberi gambaran yang memuaskan.
Klasifikasi Iklim Koppen untuk Indonesia
Peta Iklim Koppen di Indonesia |
Af dan Am : terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara.
Aw : terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Papua pantai selatan.
C : terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan.
D : terdapat di pegunungan salju Papua.
Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan
Posting Komentar untuk "Iklim Koppen: Klasifikasi dan Penerapannya di Indonesia"