Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Suku Korowai di Pedalaman Papua

Sekilas

Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar tahun 1978 di pedalaman Papua, Indonesia dan berpopulasi sekitar 3000 orang. Suku terasing ini hidup di rumah yang dibangun di atas pohon yang disebut Rumah Tinggi. Beberapa rumah mereka bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai adalah salah satu suku di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka. Sampai tahun 1970-an , mereka tidak mengetahui keberadaan setiap orang selain kelompok mereka. 

Suku Korowai di Pedalaman Papua
Suku Korowai

Bahasa

Bahasa mereka termasuk dalam keluarga Awyu-Dumut (Papua tenggara) dan merupakan bagian dari filum Trans-Nugini. Sebuah tata bahasa dan kamus telah diproduksi oleh ahli bahasa misionaris Belanda.

Tempat Tinggal

Mayoritas klan Korowai tinggal di rumah pohon di wilayah terisolasi mereka. Sejak tahun 1980 sebagian telah pindah ke desa-desa yang baru dibuka dari Yaniruma di tepi Sungai Becking (area Kombai-Korowai), Mu, dan Basman (daerah Korowai-Citak). Pada tahun 1987, wilayah pedesaan dibuka di Manggél, di Yafufla (1988), Mabül di tepi Sungai Eilanden (1989), dan Khaiflambolüp (1998). 

Rumah Tinggi Suku Korowai di Papua
Rumah Tinggi

Fakta tentang Suku Korowai

  1. Pertama kali ditemukan dan kontak pada 1978 Untuk pertama kalinya suku Korowai berkontak dengan dunia luar berawal pada 4 Oktober 1978 oleh seorang penginjil bernama Johannes Veldhuizen.
  2. Tradisi dan adat yang unik Suku Korowai terkenal dengan tradisi dan adat yang unik, serta tradisional yaitu dengan membangun rumah pohon. Semua penduduk di sana bertempat tinggal di rumah yang dibuat dari kulit pohon sagu, cabang pohon, daun hutan, tali rotan, dan tangga di pepohonan yang tinggi. Penduduk setempat juga menyebut sebagai rumah tinggi. Hal itu dikarenakan rumah yang dibangun bisa sampai setinggi 50 meter.
  3. Terdapat julukan ‘Laleo’ dalam suku Korowai. Bukan tanpa alasan penduduk setempat membangun rumah sampai setinggi itu. Tujuan utamanya yaitu supaya tetap aman terlindungi dari banjir, hewan buas dan roh-roh jahat. Konon di suku ini terdapat roh iblis jahat bernama Laleo yang sering berjalan pada malam hari. Nama Laleo berartikan julukan sebagai orang asing yang bukan suku asli penduduk mereka. Penduduk juga memercayai, semakin tinggi bangunan rumah, maka akan terhindar dari roh-roh jahat Laleo.
  4. Sosok wanita tua memahami spiritual dianggap sebagai tokoh. Tak hanya itu saja, penduduk dan keluarga suku Korowai sangat menyadari hal baik dan jahat. Hal itu dikarenakan penduduk sekitarnya mengerti dan memahami keseimbangan alam, kesehatan, seksualitas dan pengetahuan dunia roh. Penduduk setempat percaya, alam semesta dipenuhi dengan makhluk spiritual, roh-roh halus yang berbahaya. Maka dari itu, suku tersebut jika terdapat sosok wanita tua yang memahami dan memiliki pengetahuan spiritualitas, maka dianggap sebagai tokoh yang dihormati dan disegani.
  5. Konflik. Suku Korowai memiliki konflik yang terkenal pada beberapa tahun lalu yaitu dengan pemburu pohon gaharu. Pohon tersebut sangat diincar oleh negara asing, hal itu disebabkan karena memiliki nilai dan harga yang sangat mahal. Hingga saat ini mulai terdapat sekelompok asing yang masuk ke pedalaman tersebut untuk menguasai perdagangan besar-besaran.
  6. Rumor Kanibalisme. Banyak rumor yang beredar dan menjadi konflik tersendiri bagi Suku Korowai. Pasalnya, rumor tersebut sudah melekat sebagai salah satu tradisi yang menarik untuk diteliti oleh para ahli, namun sedikit menakutkan untuk dikunjungi. Namun setelah berhasil mengunjunginya, rumor itu tidak benar, sebab penduduk sekitar suku Korowai tidak mengonsumsi daging manusia. Hanya saja bila terdapat penduduk yang menggunakan ilmu sihir yang disebut dengan khuakhua maka mendapat ritual memakan daging manusia. Dan hal itu sebenarnya tidak benar dan harus dimusnahkan, sebab melanggar aturan hukum adat suku Korowai.

Pria Suku Korowai di Papua
Pria Suku Korowai

Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan

Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Suku Korowai di Pedalaman Papua"