Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Suku Kamora di Pesisir Selatan Papua

Asal Usul

Salah satu mitos asal mula Suku Kamoro yang dipercaya, berkaitan dengan seekor naga yang kini kadangkala oleh Suku Kamoro disebut Naga Komodo.
Kadal besar ini pernah hidup di pesisir selatan Papua dan Australia bagian utara dan musnah 20.000 tahun yang lalu, fosilnya ditemukan di Australia.

Suku Kamora di Papua
Mama Suku Kamora

Naga komodo ini pada masa lalu telah memakan habis semua manusia Suku Kamoro kecuali seorang ibu hamil. Ia melahirkan seorang anak laki-laki, yang kemudian diberi nama Mbiro-koteyau, yang akhirnya menghabisi sang naga.
Lalu ia membelah dan memotong-motong naga itu. Dan dari bagian-bagian tubuhnya terjadilah seluruh ras manusia yang ada di bumi.
Dengan demikian seluruh umat manusia tercipta berkat seorang pahlawan budaya Kamoro, Mbiro-koteyau, dan semua ras manusia menyebar dari tanah Kamoro.
Menurut mitos ini, nenek moyang orang Eropa, Cina, Arab dan Indonesia meninggalkan tanah Kamoro untuk menetap di sebelah barat.
Hal yang sama terjadi pada banyak pahlawan budaya pria dan wanita Suku Kamoro yang melakukan perjalanan ke barat, tidak pernah kembali. Namun akhirnya keturunan mereka memang kembali ke tempat leluhur pertama mereka, tanah Kamoro.

Letak Geografis

Suku Kamoro adalah salah satu suku yang tinggal di wilayah pesisir selatan Papua, Kabupaten Mimika, Papua. Luas daerah tersebut sekitar 250 km, yang membentang dari Sungai Otakwa di sisi timur hingga mendekati Potowai Buru di sisi barat. Sebagai masyarakat semi-nomaden, orang Kamoro tinggal di tiga ekosistem, yaitu hutan hujan tropis, rawa-rawa bakau dan daerah muara yang kaya akan sumber makanan. 

Wilayah Persebaran Suku Kamora
Persebaran Suku Kamora

Budaya

Jumlah orang Kamoro sendiri diperkirakan sekitar 8.000 jiwa, sekaligus penutur bahasa yang disebut bahasa Kamoro. Ciri-ciri fisik orang Kamoro, yaitu tinggi badan rata-rata 164,4 sentimeter dan bentuk kepala dolichocephal. Suku Kamoro kaya akan ragam budaya, antara lain kegiatan menganyam oleh kaum wanita, mengukir oleh kaum pria, nyanyian, tarian, cerita legenda dan ritual ‘karapao’ yang masih diselenggarakan hingga saat ini.

Keterampilan

Orang Kamoro dikenal sebagai masyarakat yang memiliki keterampilan dalam membuat seni ukir atau patung, seperti yang pernah dikemukakan oleh J.Teurupun dalam Seni Ukir Suku Kamoro (1990). Hasil karya mereka terkesan lebih abstrak dibandingkan dengan karya-karya orang Asmat. Ekspresi seni dituangkan pada tongkat (ote-kapa) dengan motif sirip ikan (eraka waiti) dan latau tulang sayap kelelawar (tako-ema). Ini berarti bahwa pemilik tongkat yang membuat motif itu mempercayai bahwa mereka berasal dari ikan atau kelelawar. Orang yang tidak bisa mengukir dapat memesan motif tertentu sesuai dengan asal usulnya kepada seorang pengukir. Motif lain adalah "ruas tulang belakang" (uema) yang bisa diartikan tulang belakang manusia, ikan, atau unggas. Orang Kamoro berpendapat bahwa ruas tulang belakang itu merupakan lambang kehidupan. Motif awan putih berarak (uturu tani) yang dapat menimbulkan macam-macam imajinasi, baik pada diri pengukir, pemilik atau siapa pun yang melihatnya. Imajinasi tersebut bisa menyangkut kerinduan pada kampung halaman, kekasih yang sudah tiada, ingatan terhadap peristiwa gempa bumi, dan lain-lain.

Suku Kamora
Seni Ukir

Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan

Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Suku Kamora di Pesisir Selatan Papua"