Pembelajaran Diferensiasi : Pengertian, Ciri, Prinsip, Strategi dan Penerapannya
Pengertian
Pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang dapat membantu memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa. Pembelajaran ini digagas oleh Carol Tomlinson, seorang pendidik, penulis, dan pembicara asal Amerika Serikat.
Penerapan pembelajaran diferensiasi membagi dan mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok sesuai karakteristiknya. Siswa juga dapat mempelajari materi pelajaran sesuai kemampuannya, apa yang disukai, dan kebutuhan masing-masing.
![]() |
Carol Tomlinson |
Pengertian pembelajaran diferensiasi menurut para ahli
Adapun pengertian pembelajaran diferensiasi menurut para ahli adalah sebagai berikut.
1. Tomlinson dan McTighe (2006)
Pembelajaran diferensiasi menurut Tomlinson dan McTighe adalah pembelajaran yang memfokuskan diri pada siapa yang mengajar, di mana mengajar, dan bagaimana mengajar.
2. Theroux (2004)
Pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang menciptakan berbagai alur. Dengan demikian, perbedaan kemampuan, minat, dan pengalaman siswa diserap, digunakan, dikembangkan, dan disajikan sebagai sebuah konsep pembelajaran sehari-hari.
Ciri atau Karakteristik Pembelajaran Diferensiasi
Ada beberapa karakteristik dasar yang menjadi ciri khas dari pembelajaran diferensiasi. Ciri-ciri tersebut dapat dilihat pada ulasan berikut ini.
1. Bersifat proaktif
Bersifat proaktif artinya sejak awal pembelajaran, guru secara aktif sudah mengantisipasi kelas yang akan diajarnya. Caranya adalah dengan merencanakan pembelajaran yang berbeda-beda untuk setiap siswanya.
2. Berfokus terhadap kualitas daripada kuantitas
Kualitas dari tugas yang dikerjakan siswa menjadi fokus utama pada pembelajaran diferensiasi daripada kuantitas tugas yang diberikan. Jadi, bukan berarti siswa yang sudah selesai mengerjakan tugasnya, akan diberikan lagi tugas tambahan yang sama, tapi siswa tersebut akan diberikan tugas lain yang berbeda agar dapat menambah keterampilannya.
3. Berakar pada asesmen
Dalam pembelajaran diferensiasi, guru selalu melakukan berbagai asesmen untuk mengetahui kondisi dan tingkat pemahaman siswa pada setiap pembelajaran. Nantinya, hasil asesmen ini akan menjadi umpan balik untuk guru agar dapat menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
4. Menyediakan berbagai pendekatan
Ciri-ciri pembelajaran diferensiasi berikutnya adalah menyediakan berbagai pendekatan dalam konten, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan belajar.
Dalam pembelajaran diferensiasi, ada empat unsur yang dapat disesuaikan dengan tingkat kesiapan siswa dalam mempelajari materi, minat, dan gaya belajar mereka, yaitu konten (apa yang dipelajari), proses (bagaimana mempelajarinya), produk (apa yang dihasilkan setelah mempelajarinya), dan lingkungan belajar (iklim belajarnya).
5. Berorientasi pada peserta didik
Dalam hal ini, tugas yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat pengetahuan awal mereka terhadap materi yang akan diajarkan sehingga guru perlu merancang pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kebutuhan siswanya.
Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mengatur waktu, ruang, dan kegiatan yang akan dilakukan siswa selama pembelajaran daripada hanya menjelaskan materi saja.
6. Campuran dari pembelajaran individu dan klasikal
Pembelajaran diferensiasi merupakan campuran dari pembelajaran individu dan klasikal. Hal ini bisa dilihat dari penerapannya di dalam kelas di mana guru memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar bersama-sama secara klasikal, tapi bisa juga belajar secara individu.
7. Bersifat hidup
Bersifat hidup artinya adanya kolaborasi terus-menerus antara guru dengan siswa, termasuk dalam hal menyusun tujuan kelas maupun individu. Guru mengawasi bagaimana pelajaran dapat cocok dengan siswa dan bagaimana penyesuaiannya.
Prinsip Pembelajaran Diferensiasi
![]() |
Pembelajaran Diferensiasi |
1. Lingkungan belajar
Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas di mana menjadi tempat siswa menghabiskan waktunya dalam belajar di sekolah. Prinsip ini mengharuskan guru untuk memperhatikan kenyamanan dan keamanan siswa saat belajar di kelas.
Misalnya, dengan menata ruang kelas dengan nyaman, kursi dan meja belajar siswa yang disesuaikan bentuknya.
2. Kurikulum yang berkualitas
Kurikulum harus mampu membuat siswa memahami materi yang diajarkan secara tepat, bukan pada seberapa banyak siswa yang dapat menghafal materi yang diberikan oleh guru.
Selain itu, di dalam kurikulum juga tergambar dengan jelas keterlibatan siswa dalam pembelajaran melalui tugas-tugas yang diberikan dan asesmen yang dikerjakan oleh siswa. Kurikulum juga harus bersifat teaching up. Artinya, tidak ada satupun siswa yang tertinggal atau berhenti dalam pengajaran. Jika ada siswa yang memiliki kemampuan lebih, guru harus dapat menantang mereka untuk mengerjakan tugas lain agar keterampilan yang dimiliki berkembang.
Sebaliknya, jika ada siswa yang memiliki kemampuan yang kurang, guru harus membantu mereka dalam mengerjakan tugas-tugas mereka sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.
3. Asesmen berkelanjutan
Dalam pembelajaran diferensiasi, ada beberapa asesmen yang dilakukan oleh guru.
Di awal yaitu Asesmen pertama sebelum mulai membahas materi pelajaran. Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi pelajaran yang akan dipelajari sekaligus mengukur sejauh mana kesiapan siswa terhadap tujuan pembelajaran
Kemudian, Asesmen kedua, yaitu asesmen formatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah masih ada materi yang belum jelas atau sulit dipahami siswa, mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa sehingga membuat mereka kesulitan memahami materi pelajaran, dan sebagainya.
Asesmen formatif ini dilakukan bukan untuk memberikan nilai dalam bentuk angka, seperti nilai ulangan, tapi lebih berupa penilaian kualitatif, yaitu dengan memberikan pertanyaan singkat di mana siswa dapat mengemukakan pendapat mereka.
Selama pembelajaran berlangsung, guru juga memperhatikan bagaimana siswa belajar, apakah ada yang perlu dibantu dalam mengerjakan tugasnya, atau adakah siswa yang belum memahami secara jelas instruksi tugas yang diberikan.
Setelah pembelajaran berakhir, guru kembali melakukan evaluasi sebagai penilaian hasil belajar di akhir mempelajari suatu materi pembelajaran. Misalnya, meminta siswa membuat suatu produk tertentu berupa video, poster, blog, puisi, dan lain-lain.
4. Pengajaran yang responsif
Tak hanya dapat menilai kemampuan siswa saja, asesmen formatif juga dapat memberikan guru informasi mengenai kekurangannya dalam membimbing siswa untuk memahami isi pelajaran. Setelah mengetahui hal tersebut, guru dapat memberikan respons berupa mengubah pengajarannya sesuai dengan kebutuhan siswa, memodifikasi rencana pembelajaran, dan sebagainya.
5. Kepemimpinan dan rutinitas di kelas
Kepemimpin di sini maksudnya adalah bagaimana guru dapat memimpin siswanya agar dapat mengikuti pembelajaran dalam kondisi dan situasi yang kondusif, melalui kesepakatan kelas yang ditetapkan bersama.
Sementara rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam mengelola dan mengatur kelasnya dengan baik sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan efektif dan efisien.
Strategi Pembelajaran Diferensiasi
Strategi diferensiasi adalah tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran diferensiasi dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi siswa sesuai dengan kebutuhan dan profil belajarnya.
Ada tiga strategi pembelajaran diferensiasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pembelajaran diferensiasi konten
Strategi diferensiasi konten mengacu pada strategi guru dalam membedakan proses pembagian dan format penyampaian konten. Dalam hal ini, konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari oleh siswa berdasarkan kurikulum.
2. Pembelajaran diferensiasi proses
Diferensiasi proses adalah strategi dalam membedakan proses yang harus dijalani setiap siswa yang memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi konten.
3. Pembelajaran diferensiasi produk
Strategi ini mengacu pada kemampuan guru dalam memodifikasi produk hasil belajar siswa, hasil belajar, penerapan, dan pengembangan hal-hal yang telah dipelajarinya.
Cara Menerapkan Pembelajaran Diferensiasi di Kelas
![]() |
Penerapan pembelajaran diferensiasi |
- Mengenali karakteristik siswa, mulai dari sifat, minat, hingga gaya belajarnya. Mengenali karakteristik siswa ini dapat dilakukan dengan metode observasi selama kegiatan belajar berlangsung dan asesmen diagnosis melalui wawancara atau angket.
- Setelah mengetahui karakteristik siswa, guru dapat membagi mereka ke dalam beberapa kelompok berdasarkan minat atau gaya belajarnya.
- Langkah berikutnya adalah memilih topik pembelajaran dengan memperhatikan keberagaman siswa dalam hal motivasi, minat, dan harapan belajarnya.
- Berikan siswa pilihan terkait tugas yang akan dikerjakan, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan.
- Guru melakukan asesmen di awal pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi pelajaran yang akan dipelajari sekaligus mengukur kesiapan siswa terhadap tujuan pembelajaran. Asesmen juga dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan di akhir pembelajaran, guru melakukan evaluasi dengan meminta siswa membuat suatu produk tertentu.
- Melakukan evaluasi dan refleksi dari penerapan pembelajaran diferensiasi di kelas.
Sumber : Berbagai sumber dan referensi
Posting Komentar untuk "Pembelajaran Diferensiasi : Pengertian, Ciri, Prinsip, Strategi dan Penerapannya"