Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Sawah: Pengertian, Sejarah, Jenis dan Ciri-cirinya

Pengertian

Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland rice). 

sawah
Persawahan

Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak berteras atau lebih dikenal terasering atau sengkedan untuk menghindari erosi dan menahan air. Sawah berteras banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung di Jawa dan Bali.

Padi sawah dibudidayakan di berbagai negara seperti Bangladesh, China, Filipina, India, Indonesia, Iran, Jepang, Kamboja, Korea Selatan, Korea Utara, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Padi sawah juga ditanam di Eropa seperti di Piedmont (Italia) dan Camargue (Prancis).


Ciri-ciri Sawah

Sawah juga dapat diartikan sebagai sebidang lahan pertanian yang kondisinya selalu ada dalam kondisi basah dan kadar air yang dikandungnya selalu di atas kapasitas lapang. 

Sebidang sawah memiliki ciri-ciri, diantaranya yaitu:

  • Topografi selalu rata
  • Dibatasi oleh pematang atau galengan
  • Diolah selalu pada kondisi berair
  • Ada sumber air yang kontinyu atau berkesinambungan, kecuali pada sawah tadah hujan dan sawah rawa
  • Kesuburan tanahnya relatif stabil meskipun diusahakan secara intensif
  • Tanaman yang utama diusahakan adalah padi sawah

Sawah
sawah di pegunungan

Sejarah Sawah

Para pakar arkeologi sepakat bahwa pembudidayaan di lahan basah berawal di China. Bukti keberadaan sawah padi pertama ditemukan bertanggal 6280 tahun yang lalu berdasarkan penanggalan karbon dari biji padi dan materi organik tanah yang ditemukan di situs Chaodun di Kushan County. 

Di sebuah situs Neolitik di Caoxieshan, arkeologis melakukan penggalian dan menemukan sebuah lokasi yang dipercaya dulunya merupakan sawah. Diperkirakan situs di Caoxieshan bertanggal 4000 hingga 3000 SM. Selain itu terdapat 10 lokasi arkeologi yang terkait dengan sawah di Korea. 

Dua diantaranya yang tertua berada di Okhyun dan Yaumdong, Ulsan, dibangun sejak Mumun pottery period. Terdapat bukti arkeologis pula bahwa beras (padi yang sudah dihilangkan sekamnya) disimpan untuk keperluan militer dan prosesi pemakaman sejak zaman Neolitik hingga Dinasti Han di China


Jenis Sawah

Berikut ini bermacam-macam jenis sawah, antara lain adalah sebagai berikut;

A. Sawah Irigasi

sawah
Sawah irigasi

Sawah irigasi adalah sawah yang mendapatkan pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur serta dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Terdapat beberapa jenis sawah irigasi, antara lain:

1. Sawah irigasi teknis

Sawah irigasi teknis merupakan sawah yang sumber irigasinya dari sungai, artinya air selalu tersedia sepanjang sepanjang tahun. Volume air irigasi yang masuk ke saluran primer, sekunder, dan tersier bisa terukur. Oleh sebab itu, pola tanam pada sawah teknis lebih fleksibel dibandingkan dengan sawah lainnya.

Pada sawah jenis ini jaringan irigasi saluran pemberi terpisah dari saluran pembunag dengan tujuan agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut bisa sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Jaringan irigasi beserta bangunannya pada sawah teknis dibangun dan dipelihara oleh Dinas PU (Pekerjaan Umum).

Ciri sawah beririgasi teknis adalah pola tanamnya sebagian besar selalu padi-padi, meskipun ada pola tanam lain biasanya terbatas di daerah-daerah yang para petaninya sudah memiliki orientasi ekonomi yang tinggi. Contohnya seperti di daerah kebupaten Kuningan dan kabupaten Garut.

2. Sawah irigasi setengah teknis

Sawah setengah teknis merupakan sawah yang sumber irigasinya dari sungai, ketersediaan airnya berbeda dari sawah pengairan teknis, karena biasanya air tidak cukup tersedia sepanjang tahun.
Dalam mengelola sawah irigasi jenis ini Dinas PU hanya bisa menguasai bangunan penyadap untuk mengatur dan mengukur pemasukan air. Sedangkan jaringan irigasinya tidak dapat diukur dan tidak dikuasai oleh PU.

Ciri-ciri sawah beririgasi setengah teknis yaitu pola tanam pada sawah ini biasanya padi – palawija atau palawija – padi. Contoh sawah jenis ini banyak terdapat di daerah kabupaten Garut bagian selatan, kabupaten Cianjur selatan, dan kabupaten Sukabumi selatan.

3. Sawah irigasi sederhana

Sawah irigasi sederhana merupakan sawah yang mendapatkan pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian jaringannya (bendungan) dibangun oleh Dinas PU. Pada sawah jenis ini airnya bisa diatur, tapi bangunan-bangunannya belum/tidak permanen (mulai dari primer hingga tersier).

4. Sawah Irigasi Pedesaan

Sawah irigasi pedesaan merupakan sawah yang sumber irigasinya berasal dari sumber-sumber air yang terdapat di lembah-lembah bukit yang ada di sekitar sawah yang bersangkutan. Prasarana irigasi yang meliputi saluran, bendungan dibuat oleh pemerintah desa dan petani setempat, serta bendungan irigasi umumnya tidak permanen.

Ciri-ciri sawah irigasi pedesaan yaitu pola tanam pada sawah ini biasanya padi-padi, dan padi-palawija, atau padi – bera. Petani yang menanam padi-padi biasanya terbatas di daerah-daerah yang dekat degan sumber air.
Sedangkan yang letaknya jauh biasanya hanya dapat ditanami tumbuhan padi sekali saja ketika musim hujan dan ketika musim kemarau dibiarkan bera. Contoh sawah jenis ini hampir di seluruh kabupaten ada tapi luasanya terbatas sekali.

 

B. Sawah Non Irigasi

sawah
sawah non irigasi

Sawah nonirigasi adalah sawah yang tidak mendapatkan pengairan dari sistem irigasi, tapi sumber airnya bergantung pada air dari alam seperti air hujan, pasang surutnya air sungai/laut, serta air rembesan.

1. Sawah Tadah Hujan

Sawah tadah hujan merupakan sawah yang sumber irigasinya bergantung pada ketersediaan air dari hujan. Sawah tadah hujan biasanya terdapat di daerah-daerah yang bertopografi tinggi dan berada di lereng-lereng gunung atau bukit yang tidak memungkinkan untuk dibuatnya saluran irigasi.
Oleh sebab itu, pola tanam pada sawah jenis ini adalah padi-bera, padi-palawija, dan palawija-padi.

sawah
sawah tadah hujan

2. Sawah Rawa

Sawah rawa merupakan sawah yang sumber airnya tidak dapat diatur, sebab sawah ini biasanya terdapat di daerah lembah dan cekungan atau pantai. Sawah selalu tergenang air dikarenakan airnya tidak bisa dikeluarkan atau diatur sesuai dengan kebutuhan.
Ciri-ciri sawah rawa yaitu diolah atau ditanami ketika musim kemarau dan dipanen menjelang musim hujan. Tanaman yang utama yang ditanam ialah padi rawa yang bersifat tumbuhnya mudah menyesuaikan dengan permukaan air jika tergenang melebihi batas permukaan atau dilanda banjir.
Contoh sawah rawa banyak terdapat di kabupaten Karawang sebelah utara, kabupaten Indramayu, dan di pulau-pulau luar Jawa, seperti Kalimantan Selatan, Jambi, Sumatera Selatan.

sawah
sawah rawa

3. Sawah Rawa Pasang Surut

Sawah rawa pasang surut merupakan sawah yang sistem pengairannya dipengaruhi naik dan turunnya air laut (pasang laut). Ciri khas dari sawah jenis ini adalah pengolahan tanahnya sangat sederhana yaitu hanya dengan melakukan pembabatan rumput ketika musim kemarau menjelang musim hujan dan panennya dilakukan pada musim hujan.
Contoh sawah rawa pasang surut banyak terdapat sepanjang sungai yang besar-besar seperti di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan Papua.

sawah
sawah pasang surut

4. Sawah Lebak

Sawah lebak merupakan sawah yang terdapat di kanan-kiri tebing sungai dan di delta-delta sungai yang besar. Sumber pengairan pada sawah jenis ini berasal dari sungai yang bersangkutan. Pemasukan air dilakukan dengan menggunakan alat pengeduk seperti timba atau kincir air yang dibuat di sebelah kiri kanan sawah yang bersangkutan.

Pengolahan dan penanaman dilakukan ketika musim kemarau dan panen dilakukan menjelang musim hujan. Contoh sawah lebak terdapat di Jawa Timur lembah Bengawan Solo, Kali Berantas, dan Delta Musi di Sumatera Selatan.

5. Sawah Bencah

Sawah bencah merupakan sistem pertanian lahan basah yang dilakukan di daerah rawa-rawa yang telah di keringkan atau di muara sungai besar, sehingga sawah jenis ini biasanya terletak di dekat sungai atau muara sungai.
Biasanya panen dilakukan 1 kali dalam setahun dimana suplai airnya masih tergantung pada pasang-surut air sungai. Akan tetapi sistem ini sudah jarang digunakan.

C. Sawah Lainnya

Selain didasarkan pada sumber pengairan, ada pula jenis sawah lainnya, antara lain:

1. Sawah kambang

Padi kambang merupakan jenis tanaman padi yang panjang batangnya bisa disesuaikan dengan tinggi muka air pada lahan sawah. Jenis sawah ini menuntut pengetahuan petaninya dalam mengetahui karakteristik air di daerahnya.

2. Sawah Padi Gogo-Rancah

Padi gogo rancah merupakan sistem pertanian yang dilakukan dengan mengupayakan jenis padi yang ada ketika pengairan cukup baik (musim hujan) menjadi padi sawah biasa, tapi jika pengairannya kurang, sawah ini berubah menjadi sawah padi gogo (huma).

3. Sawah yang sementara tidak diusahakan

Sawah jenis ini merupakan lahan sawah yang karena beberapa alasan, misalnya karena tidak adanya tenaga, adanya OPT (Organisme Penganggu Tanaman), maka selama lebih dari 1 tahun dan ≤ 2 tahun tidak diusahakan. Apabila lahan sawah tidak diusahakan dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun, maka dikategorikan sebagai lahan bukan sawah yang sementara tidak dapat diusahakan.


Baca juga: Tegalan

Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Sawah: Pengertian, Sejarah, Jenis dan Ciri-cirinya"