Suku Nias
Suku Nias adalah kelompok etnik yang berasal dari Pulau Nias. Mereka menamakan diri mereka "Ono Niha". Ono berarti anak atau keturunan, sedangkan Niha berarti manusia dan Pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö berarti tanah). Hukum adat tradisional Nias secara umum disebut fondrakö. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik, dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
Pulau Nias |
A. Asal usul
Berbagai mitos dalam hoho menceritakan kedatangan suku Nias ke pulau. Sebuah hoho mengatakan bahwa orang Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora'a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama Tetehöli Ana'a. Kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Kesembilan Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.
Mitos lainnya, Inada Sirici menurunkan 6 orang anak ke Pulau Nias dan menjadi leluhur. Masih terdapat beberapa versi lain tentang kehadiran manusia di Nias.
Berdasarkan hasil penelitian arkeologi, Pulau Nias telah dihuni sejak 12.000 tahun yang lalu oleh imigran dari daratan Asia, bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau. Budaya Hoabinh di Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias menimbulkan dugaan imigrasi penduduk dari Vietnam.
Pada 2013, penelitian genetika oleh mahasiswa doktoral Departemen Biologi Molekuler Forensik Erasmus MC menyimpulkan bahwa masyarakat Nias berasal dari rumpun bangsa Austronesia. Mereka diperkirakan datang dari Taiwan melalui jalur Filipina 4.000-5.000 tahun lalu.
Penelitian ini juga menemukan bahwa dalam genetika orang Nias saat ini tidak ada lagi jejak dari masyarakat Nias kuno yang sisa peninggalannya ditemukan di Gua Togi Ndrawa. Penelitian arkeologi terhadap alat-alat batu yang ditemukan menunjukkan bahwa manusia yang menempati gua tersebut berasal dari masa 12.000 tahun lalu.
Upacara lompat batu |
B. Sistem kekeluargaan
Suku Nias menerapkan sistem mado mengikuti garis ayah (patrilineal). Istilah gana dahulu digunakan di daerah Nias bagian tengah dan selatan. Mado adalah sistem marga di Nias. Mado-mado umumnya berasal dari kampung-kampung pemukiman yang ada.
1. Asal Usul Mado
Menurut hoho mengenai riwayat asal-usul mado, orang Nias berasal dari keturunan empat orang putra dan seorang cucu Sirao, seorang raja dari langit lapis pertama yang disebut Tetehöli Ana'a. Keturunannya tersebut diturunkan (nidada/nifailo) olehnya ke Pulau Nias. Keturunan Sirao tersebut adalah:
- Hiawalangi Sinada
- Gözö Helahela Danö
- Daeli Bagambölangi/Sangautalina
- Hulu Börödanö
- Silögubanua
2. Kegunaan Mado
Selain pengelompokan dan pengenalan keturunan, mado atau gana berfungsi sebagai tolong-menolong dalam bidang sosial dan ekonomi. Misalnya di Öri Onolalu jika sebuah keluarga dari mado A ingin menikahkan anaknya, maka selain saudara dan Nafulu yang memberi bantuan keuangan dan ternak, klan dari mado si A akan ikut berpartisipasi membantu. Dan ini berlaku seterusnya kepada anggota mado A yang lain secara bergilir. Juga dalam hal-hal lain, misalnya butuh biaya untuk membangun rumah, melanjutkan sekolah tinggi, Möi sökhi (istilah Nias Selatan) dan Momböi ana'a.
Dan yang terpenting mengurus dalam hal pembatasan jodoh dalam perkawinan. Pada orang Nias berlaku exogami pada mado atau gana, artinya setiap orang dilarang menikah dengan orang yang se-mado atau se-gana-nya karena dianggap sebagai saudara sedarah. Namun, exogami ini tidak terlalu ketat, karena ternyata dalam prakteknya ada juga orang yang menikah dengan orang se-mado nya. Hal ini bukan merupakan sumbang asalkan hubungan leluhurnya sudah mencapai sepuluh angkatan ke atas dalam Bahasa Nias “Fulu Nga'ötö Niha” .
Keterangan:
Hoho adalah syair-syair berisi mitos, sistem keagamaan, sejarah, dan hukum tradisional Nias. Biasanya dituturkan oleh imam tradisional yang disebut ere. Hoho berarti angin yang berembus sepoi-sepoi. Artinya, Hoho disampaikan dengan suara dan ekspresi khas sehingga menarik untuk didengar. Hoho digunakan sebagai medium penyebarluasan pesan, nilai-nilai, dan kearifan masyarakat. Hoho juga kadang digunakan untuk mengungkap ekspresi perasaan atau pikiran. Oleh sebab itu, Hoho tidak dapat dipisahkan dari siklus hidup manusia mulai dari kelahiran, perkawinan, hingga kematian. Hoho berkembang di setiap daerah di Nias berdasarkan keahlian penutur dalam menyampaikan suatu cerita.
Posting Komentar untuk "Suku Nias"