Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Suku Tanimbar

Sejarah
Suku Tanimbar sendiri lebih suka menyebut diri sebagai orang Numbar. Kata Tanimbar digunakan pada awalnya oleh para penjelajah Barat. Masyarakat lain ada juga yang menyebutnya orang Timur Laut. Suku bangsa ini mendiami Pulau Yamdena, Selaru dan pulau-pulau kecil lain di lingkungan Kepulauan Tanimbar di Kecamatan Yamdena, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Jumlah populasinya sekitar 10.000 jiwa. 

Suku Tanimbar

Suku bangsa ini sebenarnya terbagi menjadi tiga sub-suku bangsa yaitu Tomata Yamdena, Tomata Laru dan Tomata Nember. Sub suku bangsa Tomata Nember mendiami Pulau Fordata dan pulau-pulau di utara Pulau Yamdena. Sub suku bangsa Tomata Yamdena mendiami sebagian besar pulau Yamdena, sedangkan Tomata Laru mendiami Pulau Selaru dan pulau-pulau lain di bagian barat pulau Yamdena

Asal Usul
Banyak cerita tentang asal-usul Suku Tanimbar. Setiap keluarga, marga atau kelompok masyarakat tertentu, memiliki cerita sendiri-sendiri tentang asal usulnya. Ada cerita yang mempunyai kemiripan dengan yang lain, namun ada juga yang bertolak belakang. Namun demikian, menurut cerita pada umumnya (anggap saja dongeng), dahulu kala Orang Tanimbar berasal dari wilayah tertentu di belahan bumi tertentu. Oleh karena satu dan lain hal ( alasan peperangan, bencana alam, dll), kemudian mereka mencari wilayah baru. Dan dari perjalanan pelayaran yang panjang, akhirnya mereka tiba ( Terdampar = Tanempar/Tnebar ) di Kepulauan Tanimbar. Ada pendapat lain tentang asal-usul orang/suku Tanimbar. bahwa orang Tanimbar berasal dari suku-suku seperti Buton, Bugis; dan suku-suku di Maluku, seperti Halmahera, Seram, Lease dan sebagainya (kecuali wilayah bagian tenggara).

Budaya Duan - Lolat
Budaya Orang Maluku yang paling kental dan paling dikenal adalah budaya "Pela Gandong". Berbeda dengan orang Tanimbar (Maluku Tenggara Barat), Pela Gandong adalah bagian dari hierarki kearifan lokal yang terpusat pada Duan Lolat.

Duan Lolat sebagai pandangan hidup dan hukum tertinggi

Setiap individu Tanimbar hidup dalam keteraturan budaya/adat istiadat setempat. Hukum Adat “Duan Lolat” menjadi pandangan hidup sekaligus menjadi hukum tertinggi bagi Orang Tanimbar
Dalam kehidupan masyarakat Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, telah sejak lama terpelihara sebuah nilai kekerabatan yang disebut sebagai duan lolat. Duan Lolat bisa berarti banyak hal dengan makna yang sama yaitu interaksi antara dua pihak dan yang paling utama adalah Duan Agung yaitu Tuhan dan Lolat yaitu manusia. Bermula dari sang pencipta dan manusia, hukum adat ini mulai berregenerasi menjadi hukum - hukum adat lainnya seperti:

  1. Duan sebagai pemberi dan Lolat sebagai penerima
  2. Duan sebagai ayah dan lolat sebagai ibu
  3. Duan sebagai kakak dan lolat sebagai adik
  4. Duan sebagai lelaki dan Lolat sebagai perempuan
  5. Duan sebagai matahari dan lolat sebagai bulan
  6. Duan sebagai yang berkuasa dan lolat sebagai yang dikuasai
  7. Duan sebagai tuan dan lolat sebagai hamba, dll.

Agama
Masyarakat Tanimbar mayoritas memeluk agama Katolik. Setiap mantra yang diucap dalam upacara atau ritual adat selalu diakhiri dengan doa agama Katolik. Di bukit tertinggi di Saumlaki, dimana kita dapat melihat hampir seluruh pulau Yamdena, terdapat goa maria dan patung Kristus Raja. Biasanya masyarakat melakukan prosesi setiap hari-hari besar keagamaan di tempat ini

Badendang
Badendang merupakan salah satu jenis tarian suku Tanimbar. Dari sekian banyak tarian khas Tanimbar, Badendang merupakan salah satu tarian yang populer, karena tariannya sederhana dan melibatkan banyak orang.
Yang khas dalam tarian ini, yaitu;

  • Tidak banyak gerakkan yang ditampilkan. Hanya satu / dua gerakkan, yang polanya tidak banyak berbeda (pola tetap: dua langkah maju, dan dua langkah mundur).
  • berbentuk lingkaran,
  • bergandengan tangan,
  • para penari tidak perlu memiliki keahlian/keterampilan khusus,
  • siapapun boleh ikut badendang; perempuan, laki-laki, tua, muda dan remaja.
  • biasanya diiringi dengan lagu dan alat music (tifa, gitar, gambus, gong, dll)
  • dan yang sangat khas, yaitu Badendang biasanya menjadi ajang bagi para penyair untuk beradu/tanding pantun.



Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Suku Tanimbar"