Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pulau Sumba : Letak, Kondisi Geografis, Penduduk dan Kebudayaan

Pulau Sumba adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pulau Sumba ini sendiri terdiri dari empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, dan Kabupaten Sumba Timur. 

Sumba
Pulau Sumba
Kota terbesarnya adalah Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur. Kota tersebut juga terdapat bandar udara dan pelabuhan laut yang menghubungkan Pulau Sumba dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia seperti Pulau Sumbawa, Pulau Flores, dan Pulau Timor.

Luas dan Letak

Luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti, dengan ketinggian 1.225 meter di atas permukaan laut. 

Sumba berbatasan dengan Sumbawa di sebelah barat laut, Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di selatan dan tenggara. Selat Sumba terletak di utara pulau ini. Di bagian timur terletak Laut Sawu serta Samudra Hindia terletak di sebelah selatan dan barat.

Secara astronomis Pulau Sumba berada pada 9° 40′ 0″ S, 120° 0′ 0″ E.

Bentang Alam Pulau Sumba

Pulau Sumba ini dikenal akan keindahan alamnya, tidak hanya pantai tapi pulau Sumba memiliki keunikan alam meliputi air terjun, padang savana dan perbukitan. 

Pulau Sumba
Bentang alam Pulau Sumba
Sungai

Sungai Kambaniru adalah sungai terpanjang di Pulau Sumba yang berada di wilayah Kabupaten Sumba Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia yang bermuara ke Laut Sawu. Sungai Kambaniru memiliki panjang sungai sekitar 118 km mengalir dari selatan ke utara melintasi 9 kecamatan dan berhulu di Gunung Wanggameti. Sungai ini merupakan sungai periodik dengan debit besar di musim basah dan mengecil di musim kering, tetapi tidak benar-benar kering. 

Iklim

Iklim di Pulau Sumba yaitu sabana tropis (Aw) dengan karakteristik musim kemarau yang lebih panjang dari musim hujan dan curah hujan yang tidak menentu, sehingga memiliki lapisan tanah yang tipis.

Bulan dengan curah hujan terbesar adalah Maret, April, Januari dengan curah hujan kurang lebih 70 mm. Curah hujan paling rendah terjadi pada Maret dengan curah hujan rata-rata 27 mm. Jumlah tahunan curah hujan di Pulau Sumba adalah 144 mm. Suhu tahunan rerata adalah 32℃ di Pulau Sumba. Bulan terpanas tahun adalah Oktober, dengan suhu rata-rata: 33℃. Biasanya Januari adalah bulan terdingin di Pulau Sumba, dengan suhu rata-rata 31℃.

Penduduk

Sebelum dikunjungi bangsa Eropa pada 1522, Sumba tidak pernah dikuasai oleh bangsa manapun. Sejak 1866, pulau ini dikuasai oleh Hindia Belanda dan selanjutnya menjadi bagian dari Indonesia.

Sebagian besar penduduknya menganut kepercayaan animisme Marapu dan agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Kaum Muslim dalam jumlah kecil dapat ditemukan di sepanjang kawasan pesisir. Dan agama Yahudi dianut oleh masyarakat Sumba keturunan Yahudi di Sumba.

Pulau Sumba
Penduduk Pulau Sumba
Pulau Sumba didiami oleh Suku Sumba  Masyarakat Sumba secara rasial adalah campuran Ras Melanesia-Papua dan Ras Austronesia-Melayu, yang cukup mampu mempertahankan kebudayaan aslinya di tengah-tengah arus pengaruh asing yang telah singgah di kepulauan Nusa Tenggara Timur sejak dahulu kala. Kepercayaan khas daerah Marapu, setengah leluhur, setengah dewa, masih amat hidup di tengah-tengah masyarakat Sumba. Marapu menjadi falsafah dasar bagi berbagai ungkapan budaya Sumba mulai dari upacara-upacara adat, rumah-rumah ibadat (umaratu) rumah-rumah adat dan tata cara rancang bangunnya, ragam-ragam hias ukiran-ukiran dan tekstil sampai dengan pembuatan perangkat busana seperti kain-kain hinggi dan lau serta perlengkapan perhiasan dan senjata

Kebudayaan 

Di Sumba Timur strata sosial antara kaum bangsawan (maramba), pemuka agama (kabihu) dan rakyat jelata (ata) masih berlaku, walaupun tidak setajam di masa lalu dan jelas juga tidak pula tampak lagi secara nyata pada tata rias dan busananya. Dewasa ini perbedaan pada busana lebih ditunjukkan oleh tingkat kepentingan peristiwa seperti pada pesta-pesta adat, upacara-upacara perkawinan dan kematian dimana komponen-komponen busana yang dipakai adalah buatan baru. Sedangkan busana lama atau usang biasanya dipakai di rumah atau untuk bekerja sehari-hari.

Bagian terpenting dari perangkat pakaian adat Sumba terletak pada penutup badan berupa lembar-lembar besar kain hinggi untuk pria dan lau untuk wanita. Dari kain-kain hinggi dan lau tersebut, yang terbuat dalam teknik tenun ikat dan pahikung serta aplikasi muti dan hada terungkap berbagai perlambangan dalam konteks sosial, ekonomi.

Baca juga : 

Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan





Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Pulau Sumba : Letak, Kondisi Geografis, Penduduk dan Kebudayaan"