Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kepulauan Raja Ampat : Letak, Kondisi Geografis dan Masyarakatnya

Kepulauan Raja Ampat adalah gugusan kepulauan yang berlokasi di barat bagian Semenanjung Kepala Burung (Vogelkoop) Pulau Papua dengan Pulau Fani yang berada pada ujung paling utara. 

Secara administrasi, gugusan ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat dan Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. 

Kepulauan Raja Ampat
Raja Ampat
Empat gugusan pulau yang menjadi anggotanya dinamakan menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta.

Kondisi Geografis

Letak dan Luas Wilayah

Kepulauan Raja Ampat terdiri dari 610 pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai 753 km.

Secara astronomi Kepulauan Raja Ampat terletak di 2°25’ LU – 4°25’ LS dan 130° – 132°55’ BT, dengan luas wilayah sebesar 46.108 km² yang didominasi oleh sekitar 89% wilayah lautan.

Secara administrasi wilayah Kepulauan Raja Ampat terbagi ke dalam 10 distrik, yaitu Kepulauan Ayau, Waigeo Utara, Waigeo Selatan, Waigeo Barat, Samate, Misool Timur Selatan, Misool, Kofiau, Waigeo Timur dan Teluk Mayalibit.

Secara geografis, Kepulauan Raja Ampat berbatasan dengan:

  • Sebelah Utara : Republik Federal Palau
  • Sebelah Selatan : Kabupaten Seram Bagian Utara, Provinsi Maluku.
  • Sebelah Barat : Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara.
  • Sebelah Timur : Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat.

Pesona Raja Ampat
Keindahan Raja Ampat
Topografi

Raja Ampat sebagai wilayah kepulauan, maka memiliki wilayah daratan yang relatif tidak besar dan pada umumnya topografi daerahnya didominasi oleh wilayah perbukitan yang masih dipenuhi dengan hutan alami. Sedangkan wilayah pesisir pantai memiliki karakteristik yang beragam seperti pantai landai berpasir hitam, pantai landai berpasir putih dengan terumbu karang yang sudah rusak sampai dengan yang masih perawan, pantai dalam dan hutan mangrove.

Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Batanta dan Pulau Misool merupakan pulau non-vulkanik yang berbukit-bukit dan sebagian besar masih ditutupi oleh hutan hujan tropis yang cukup lebat. Di Pulau Waigeo terdapat Gunung Nokh dengan ketinggian 715 mdpl. Sedangkan pulau-pulau kecil yang tersebar di antara empat kepulauan tersebut ada yang berupa pulau karang dan pulau non vulkanik, pulau-pulau kecil tersebut pada umumnya ditumbuhi oleh tanaman kelapa, semak-belukar dan pohon-pohon kecil.

Sebagian wilayah berupa pegunungan daerah lereng-lereng yang curam seperti di Pulau Batanta, Pulau Waigeo, dan Pulau Salawati. Daerah pegunungan ini dapat mencapai 100 - 300 meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian di bawah 100 mdpl umumnya terdapat pada Pulau Salawati bagian selatan. 

Jika dilihat dari fisiografinya, maka Kabupaten Raja Ampat bagian utara, yaitu Pulau Waigeo dan sebagian Pulau Batanta didominasi oleh pegunungan. Sedangkan pada bagian tengah terutama Pulau Salawati cukup luas daerah datarnya. Untuk Pulau Misool walaupun sebagian besar daerahnya pegunungan, tetapi pada bagian tengah pulau terdapat daerah yang datar.

Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kabupaten Raja Ampat beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun.

Geologi 

Kondisi geologi Kabupaten Raja ampat didominasi oleh formasi batuan kapur yang terbentuk pada masa kuarter. Jenis tanah yang ada disusun oleh batuan dabas, neogen dan terdapat batu gamping yang membentuk bukit-bukit rendah. Pada umumnya batu gamping tersebut bersifat padat dan mengandung pasir seperti batu gamping facet, daram, atkari, zaag, openta, sagewin, dan bogal. Sumber utama batu gamping berasal dari terumbu gamping yang berasal dari binatang laut.

Perbedaan posisi pembentukan batuan ini menimbulkan perbedaan dalam proses sedimentasinya sehingga terbentuk berbagai macam batu gamping tersebut. Jenis batuan lain di wilayah ini adalah batuan sedimen konglomerat yang penyusunannya terdiri dari balian yang tahan lapuk yaitu berupa konglomerat aneka bahan. Batuan breksi yeffman dengan butiran yang lebih besar, fragmen menyudut yang umumnya terdiri dari fragmen batuan hasil rombakan, dalam massa dasar yang lebih halus atau tersemenkan.

Golongan batuan sedimen berupa pasir juga terdapat di wilayah ini dengan kiasifikasi batu pasir dalam. Batuan sedimen serpih yang mempunyai sifat seperti lempung. Batuan serpih di mana pada bidang-bidang lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih dengan klasifikasi serpih lebih juga terdapat di wilayah ini. Beberapa formasi batuan yang terdapat di wilayah ini adalah Formasi Yaben, Formasi Klasafet, Formasi Waigeo, Formasi Rumai, Formasi Yarefl, Formasi Demu, dan Formasi Fafanlaf. Batu metamorf yang ada adalah batuan malihan ligu sedangkan batuan beku terdapat di batuan gunung api Batanta dan batuan Gunung Dore.

Hidrologi

Kondisi air wilayah perencanaan secara umum masih baik karena kondisi alam yang masih alami. Beberapa sungai yang cukup besar terdapat di Pulau Waigeo di antaranya adalah Sungai Bayon dengan panjang ± 4 km dan Sungai Kamtabai, dan Sungai Kasim di Pulau Misool bagian barat. Bila dilihat potensi air tanahnya, sebagian besar wilayah daratan di Kabupaten Raja Ampat tidak memiliki air tanah tawar kecuali di pulau-pulau besar seperti Pulau Waigeo, Salawati, dan Misool

Masyarakat

Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga "Para-para Pinang" sering kali bergiliran satu sama lain saling melempar mob, istilah setempat untuk cerita-cerita lucu.

Masyarakat Raja Ampat
Penduduk di Raja Ampat
Agama

Masyarakat di Kepulauan Raja Ampat adalah pemeluk Islam dan Kristen. 

Suku 

Berdasarkan etnis, penduduk Raja Ampat kebanyakan merupakan anggota suku Ma'ya, suku Amber, suku Moi, suku Efpan dan suku Biak yang merupakan pendatang diperkirakan sebelum abad ke 15. Suku Ma'ya memiliki 3 sub-suku, suku Kawei (Selpele dan Salyo, Waigeo Barat), suku Wauyai (Waigeo Selatan), suku Laganyam (Yefnu, Lupintol). Suku Amber awalnya menetap di pedalaman Waigeo sebelum berpindah ke pesisir utara Waigeo, Kabare, dan Teluk Manyalibit. 

Suku Matbat adalah penduduk asli Pulau Misool, sedangkan suku Moi adalah penduduk asli Pulau Salawati. Suku Moi terbagi atas dua kelompok berdasarkan dialek yaitu dialek Palli di Salawati utara, sub-suku Mocu, Fiawat, Kalobo, Kapatlap dan Solol. Sedangkan dialek Mosenah tinggal di Salawati selatan, sub-suku Madem, Kawit, dan Waliam. Suku Efpan hanya tinggal di kampung Duriankeri yang hanya berjumlah 15 orang pada tahun 1979. Suku Biak yang menetap di Kepulauan Raja Ampat, merupakan sub-suku Beser yang mendiami pulau-pulau Ayau, pesisir utara dan selatan Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Pam, Meoskapal, Pulau Kofiau, dan Pulau Yefman.

Sumber Daya Alam

Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini.

Dr. John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu. 

Terumbu Karang di Kepulauan Raja Ampat
Terumbu Karang
Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini. 

Baca juga :  Terumbu karang

Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Tenggara dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.

Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda laut katai, wobbegong, dan ikan pari Manta. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Pari Manta yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. 

Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.

Baca juga : 

Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan


Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Kepulauan Raja Ampat : Letak, Kondisi Geografis dan Masyarakatnya"