Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

TEORI UNDASI

    A. Penjelasan
    Teori ini disusun oleh RW Van Bemmelen, yang didasarkan pada pengamatannya di lapangan. Menurut beliau ada hubungan yang erat antara aktivitas dan jenis magma dengan struktur geologi.
    Hubungan aktivitas magma dan orogenesa (struktur pegunungan) adalah di daerah muka suatu pegunungan (batuan praorogen) mempunyai susunan suit Atlantis, di daerah geosinklin terdapat suit ophiolite (batuan ophiolite), di daerah geantiklin terdapat suit Pasifik, di daerah orogen muda terdapat suit alkalin (Mediteran), dan di daerah belakang pegunungan (post orogen) terdapat batuan olivine(basalt).  
    Van Bemmelen membagi lapisan kerak bumi menjadi 3 bagian yaitu:

    1. Lapisan Sial (silisium-aluminium)
    2. Lapisan Salsima (silisium-alumunium-magnesium)
    3. Lapisan Sima (silisium-magnesium)

    Oleh suatu proses hypo-diferensiasi magma yang tersusun Salsima, maka akan berpisah menjadi magma yang bersifat ultra basa dan yang bersifat asam. Magma yang bersifat asam akan berkumpul di bagian atas dari Salsima, dan magma yang bersifat basa berkumpul di bagian bawah Salsima.
    Pengelompokkan magma asam di bagian atas Salsima ini disebut asthenolith.
    Proses akumulasi magma diikuti pula pembentukan batholith dan diaprisma. Hasil akumulasi dari hypo-diferensiasi mempunyai perbedaan massa jenis kurang lebih 10% disbanding magma asal. Akibatnya akan timbul penyimpangan pada keseimbangan hydrostatis dan akumulasi ini akan menyebar kea rah lateral/pinggir dengan lambat.
     

    Pada permukaan bumi gerakan ini dipantulkan sebagai gelombang-gelombang deformasi yang disebut undasi. Undasi ini akan menyebabkan perpindahan massa yang meliputi batas ke dalaman sejauh 100-200 km dari kulit bumi, yang disebut tectosphere. Evolusi tektonik ini menghasilkan beberapa pusat gangguan orogen dari mana deformasi-deformasi selanjutnya akan menyebar (menjalar) ke sampingnya.
    Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa daur geologi ini akan diawali dengan pembentukan geosinklin, dimana terjadi sedimentasi. Sesudah pembentukan geosinklin pada lapisan salsima terjadi diferensiasi magma, sehingga magma yang bersusunan asam naik (asthenolith) dan menimbulkan pembumbungan di atas muka bumi. Akibat tarikan gaya berat, lapisan batuan yang terangkat akan mulai longsor ke dalam cekungan di sebelahnya sehingga terjadi pelipatan dan gejala sesar lainnya. Tempat inilah yang dianggap sebagai pusat gangguan orogenesa pada kerak bumi, yang selanjutnya menyebar ke sampingnya.
     

    Di Indonesia system orogen juga dipengaruhi oleh pusat-pusat undasi. System orogen itu adalah :

    1. System Birma-Sunda-Banda
    2. System busur tepi Asia Timur(rangkaian Kepulauan Pasifik bagian barat)
    3. System sirkum Australia, yang ketiganya bertemu satu sama lain.

    System orogen ini terbentuk oleh sejumlah pusat gangguan dari mana diluncurkan proses-proses orogen.

    System Sunda terdiri dari 5 busur yang terbentuk dari pusat-pusat gangguan Shan, Mergui, Anambas, Laut Flores dan Laut Banda.
    System busur tepi Asia Timur mempunyai 2 pusat gangguan yaitu Palung Sulawesi dan Palung Makasar.
    Dari pusat palung Sulawesi ke jurusan utara terbentuklah pegunungan Kepulauan Sulu, ke timur pegunungan Sangihe-Minahasa, ke selatan pegunungan Sulawesi Utara (bagian tengah lengan utara dan lengan timur). Dari palung Makasar bergerak ke barat pegunungan Meratus dan ke timur pegunungan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, Halmahera, kepulauan burung Papua dan pegunungan pemisah pada tubuh Papua termasuk system orogen yang berkembang dari perisai yang telah tenggelam dari Melanesia Utara ke jurusan barat dan selatan. System orogen ini menjalar ke timur sampai Bismarck.

    System orogen Australia berupa pegunungan salju di tengah-tengah Papua yang timbul dari daerah orogen Papua yang mengelilingi Benua Australia pada sebelah utara. System pegunungan Papua Tengah ini masih sangat muda.

    Catatan:  
    Geosinklin adalah suatu daerah sempit pada kerak bumi yang mengalami depresi/penurunan selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen yang tebal. Hypo-diferensiasi bisa diartikan proses pemisasahan yang kurang/lemah dan berjalan lambat.
     

Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "TEORI UNDASI"