Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Eratosthenes : Profil, Perjalanan Hidup dan Karyanya

Profil

Eratosthenes dilahirkan di Cyrene, Lybia yang ketika itu merupakan daerah koloni Yunani, memperoleh pendidikan cukup luas yang meliputi juga fitologi (ilmu bahasa-bahasa kuno), retorika, matematika maupun filsafat. Warga terhormat selaku tutor bagi keluarga raja Mesir dan diangkat menjadi kepala perpustakaan di Alexandria merupakan jabatan bergengsi yang pernah disandangnya. 

Hal ini juga yang mendukung Eratosthenes bisa mengembangkan potensi dan minatnya terhadap pengetahuan tentang bumi. Kecemburuan sempat berkembang di kalangan para tokoh ahli yang pada masa itu belum lazim muncul spesialisasi. Maka sekalipun di kalangan raja Mesir ia diangkat sebagai warga terhomat (alpha fellow), julukan sindirian yang meremehkan dengan panggilan “beta” ditujukan kepada Eratosthenes oleh para ahli dengan keahlian yang bersifat umum (meluas), yang ketika itu lebih menjadikan kebanggaan banyak orang.

Perjalanan Hidup

Perhatian orang pada pengetahuan tentang bumi telah muncul sejak berabad-abad sebelum masehi dan Plato maupun Aristoteles telah sampai pada konsep bumi bulat bagaikan bola, perkembangan nyata pengetahuan geografi terjadi sejak masa Eratosthenes (276 – 196 SM). Oleh para ahli geografi ia dipandang sebagai bapak geografi. Hal ini dikarenakan oleh sumbangan-sumbangannya yang penting bagi pertumbuhan geografi, tetapi juga karena ia merupakan tokoh yang pertama kali lebih memusatkan perhatiannya dan mendalami geografi serta cara pengukuran bumi (geodesi).

Karya

Eratosthenes merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan istilah geografi, karena buku yang ditulisnya yang berjudul Geografika meliputi bab-bab yang khusus membicarakan hal-hal sekitar pengetahuan geografi fisis (perubahan hubungan darat, laut dan arus laut), geografi astronomi-matematika, serta bab yang berisi tentang bangsa-bangsa dan negara-negara.

Eratosthenes merupakan tokoh yang pertama kali menyebut dirinya sebagai ahli geografi dan menampilkan cara atau metode yang telah memungkinkan para ahli geografi menentukan lokasi tempat-tempat dengan ketelitian yang cukup memadai. Para ahli geografi memandang Eratosthenes sebagai bapak geografi karena ia telah memberikan pada ilmu suatu metode yang memungkinkan didapatkannya jawaban atas pertanyaan “dimana?” atau tentang letak sesuatu secara memuaskan. 

Untuk kurun waktu yang cukup lama sejak pertumbuhan geografi sekitar awal abad masehi, lokasi tempat dan kegiatan pemetaan merupakan ciri-ciri esensial geografi, sampai-sampai kemudian muncul pandangan yang menyatakan bahwa suatu deskripsi tanpa dilengkapi peta adalah hal yang kurang layak disebut sebagai uraian atau karya geografi.

Sebagai kepala perpustakaan di Alexandria, suatu pusat ilmu yang paling terkemuka pada saat itu Eratosthenes adalah orang yang pertama melakukan pengukuran besarnya bola bumi. Secara tradisional diketahui bahwa sinar matahari hanya menyinari sampai bagian dasar sebuah sumur tua di Syene (Asuan) pada tanggal 20 – 22 Juni setiap tahun. Ini berarti bahwa kota Syene terletak pada Garis Balik Utara (23,5º Lintang Utara). Jarak Syene dari Alexandria (Iskandariah) yang diasumsikan tepat di utaranya telah diketahui dari dinas ukur tanah, yaitu sejauh 5.000 stadia (stadia adalah satuan ukuran pada zaman Romawi yang panjangnya sama dengan 125 langkah rangkap atau lebih kurang sama dengan 125 x 2 x 75 cm), sehingga apa yang perlu dilakukan Eratosthenes tinggal mengukur selisih sudut/kemiringan matahari di Alexandria pada tanggal 21 Juni. Beda sudut 7º lewat sedikit yang didapatkan berarti bahwa Syene – Alexandria yang merupakan bagian busur meridian besarnya sama dengan 7/360 = 1/50 lingkaran meridian (keliling bumi). Maka didapatkan ukuran keliling bumi 250.000 stadia atau sama dengan ukuran sekitar 28.000 mil (kurang lebih 45.000 km).

Sebenarnya pengukuran yang dilakukan Eratosthenes berdasarkan pengamatan yang mengalami kekeliruan-kekeliruan. Kota Syene tidak terletak tepat pada garis balik, tetapi sedikit di sebelah utaranya. Kota Alexandria juga tidak terletak tepat di utara Syene, melainkan 3º di sebelah baratnya (jadi Syene – Alexandria tidak berada pada satu garis meridian). Jarak kedua kota yang tepat kemudian diketahui hanya 4.530 stadia, sedangkan pengukuran kemiringan sudut matahari juga tidak semuanya benar. Akan tetapi keempat kekeliruan itu secara kebetulan bersifat saling membetulkan sehingga hasil pengukuran keliling bumi yang dilakukan Eratosthenes sekitar 200 tahun sebelum masehi itu mendekati ukuran lingkaran bumi yang kita kenal sekarang.

Baca juga: Perkembangan Geografi Klasik dan Hakekat Geografi

Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Eratosthenes : Profil, Perjalanan Hidup dan Karyanya"