Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Perkembangan Geografi Klasik Zaman Yunani

Sekilas

Perkembangan Geografi Klasik Zaman Yunani
Yunani

Pada zaman Yunani Kuno telah muncul tokoh-tokoh yang sampai kini masih dipandang sebagai bapak ilmu ataupun sebagai peletak dasar ilmu-ilmu modern, antara lain:

  • Heordotus sebagai peletak ilmu sejarah
  • Socrates, Plato dan Aristoteles sebagai peletak ilmu filsafat
  • Pythagoras sebagai peletak ilmu filsafat dan ilmu hitung
  • Archimedes sebagai peletak ilmu pasti, fisika dan jug acara pembuktian dengan eksperimen
  • Aristarchus, Hipparchus dan Ptolomeus sebagai peletak ilmu astronomi dan pengetahuan tentang bumi (baca juga: filsafat geografi)


Deskripsi

Thales

Beliau merupakan tokoh Yunani pertama yang tertarik pada pengukuran tentang letak segala sesuatu di muka bumi. Sebagai seorang yang genius, ia memberikan sumbangan besar bagi ilmu lewat berbagai usaha inovasinya. 

Perkembangan Geografi Klasik Zaman Yunani
Thales

Dari pengalaman perjalanan ke Mesir, Thales terkesan pad acara orang bekerja mengukur sudut, mengukur panjang garis dasar (base lines) serta menghitung luas wilayah. Maka ketika kembali ke Miletus, pikirannya dipenuhi dengan ide-ide tentang prinsip matematik dan geometri yang jauh melewati nilai kegunaan praktis trigonometri.

Anaximander

Beliau hidup semasa dengan Thales, disebut-sebut oleh para ahli sejarah Yunani sebagai orang pertama kali membuat peta dunia berskala. Memang diakui banyak orang, orang Sumeria telah membuat peta dengan symbol-simbol gambar (pictorial maps) mengenai kota-kota mereka pada masa sekitar 2700 SM. Akan tetapi pengertian peta yang sebenarnya harus menggambarkan juga jarak dan arah menurut skalanya. 

Perkembangan Geografi Klasik  Zaman Yunani
Anaximander

Peta Anaximander menggambarkan Yunani di bagian tengah peta dengan Eropa dan Asia ada di sekelilingnya. Peta Anaximander berbentuk lingkaran dengan keseluruhan bagian tepinya berupa lautan.

Herodotus

Beliau lebih dikenal sebagai bapak ilmu sejarah (abad ke-5 SM), walaupun hasil karyanya memberikan juga sumbangsih bagi geografi dan etnografi. Karya besarnya yang ia tulis ketika tinggal di Italia mengisahkan perjuangan Yunani melawan kaum barbar yang berakhir dengan pemberontakan bangsa Ionia terhadap kekuasaan Persia.

Perkembangan Geografi Klasik  Zaman Yunani
Herodotus

Herodotus berjasa dalam menampilkan gagasan paling awal yang menyatakan bahwa semua sejarah harus ditangani secara geografis dan geografi harus ditangani secara histori.

Geografi memberikan latar belakang keadaan fisis, sebagai latar bagi suatu sejarah yang berarti.

Di samping sebagai bapak sejarah, Herodotus juga sebagai bapak etnografi berkat deskripsinya yang begitu mengesankan mengenai ciri-ciri budaya penduduk .

Plato (428 – 348 SM) dan Aristoteles (348 – 322 SM)

Mereka berdua merupakan filosuf terkemuka yang juga memberikan sumbangan penting bagi perkembangan gagasan dalam geografi. Jika pada masa-masa Yunani Kuno kebanyakan orang menganggap bumi datar dan tidak mempersoalkan bukti-bukti yang mendukung, beberapa filosuf mulai berfikir bahwa bumi bulat semata-mata atas dasar pandangan teoritis. 

Perkembangan Geografi Klasik  Zaman Yunani
Plato
 
Semua pemikir Yunani menerima gagasan bahwa bentuk simetris yang paling sempurna atau lengkap ada pada bentuk bola. Karena itu bumi yang diciptakan dalam bentuk sempurna sebagai tempat tinggal manusia semestinya berbentuk seperti bola. Pythagoras yang hidup dalam abad 6 SM dianggap sebagai filosuf yang mula-mula menganut pandangan tersebut. Tetapi Plato merupakan filosuf pertama yang menyatakan konsep bumi bulat bagaikan bola yang terletak di pusat alam semesta dengan benda-benda langit bergerak mengelilinginya (geosentris).

Sungguhpun Plato yang secara deduktif menyatakan bumi berbentuk bola, tetapi Aristoteles merupakan tokoh yang pertama kali mencari bukti-bukti pendukung konsep itu.

Dari 12 tahun perjalanannya menjelajahi Yunani dan mengelilingi daerah pantai sekitar Laut Aegea, beliau berkeyakinan bahwa cara terbaik menyusun teori adalah melalui pengamatan fakta, dan cara terbaik untuk menguji suatu teori ialah dengan mengungkapkan hasil-hasil pengamatan. Jika Plato menyusun teorinya melalui intuisi dan penalaran dari hal-hal yang umum ke yang khusus. Aristoteles menyusun teori melalui penalaran dari hal-hal khusus ke yang lebih umum. Kedua cara berpikir yang sekarang kita sebut dan masih dipakai yaitu cara deduksi dan induksi.

Arisoteles menerima konsep bumi bulat dan berupaya menjelaskannya serta menguji konsep itu dengan pengamatan-pengamatan. Di antara bukti-bukti hasil pengamatannya adalah kenyataan bahwa manakala bayangan bumi mengenai bulan (pada waktu bumi berkedudukan di antara bulan dan matahari), ternyata bagian tepi bayangan bumi pada bulan berbentuk lengkungan lingkaran.  

Perkembangan Geografi Klasik  Zaman Yunani
Aristoteles

Bukti yang lain ialah kenyataan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa ketinggian berbagai bintang dari cakrawala bertambah besar manakala orang pergi makin ke utara. Hal demikian terjadi karena orang melakukan perjalanan ke utara pada permukaan lengkung bumi yang bulat.

Aristarchus (310 – 230 SM)

Beliau secara tegas mengemukakan bahwa bumi bulat bagaikan bola dan berputar pada sumbunya sambal bergerak/beredar mengelilingi matahari (heliosentris). Anggapan bumi bulat seperti bola di samping dilandasi oleh pandangan filsafat yang memandang bola sebagai suatu bentuk paling sempurna, juga didasarkan pada hasil-hasil pengamatan yang seksama, perhitungan-perhitungan serta pemikiran yang tajam dan mendalam. 

Perkembangan Geografi Klasik  Zaman Yunani
Aristarchus

Pandangan heliosentris (matahari sebagai pusat peredaran) yang dikemukakan oleh Aristarchus ini tidak berkembang lebih lanjut karena berlawanan dengan pendapat umum, kepercayaan, serta pandangan tokoh terkemuka saat itu yaitu Aristoteles yang menganut gagasan geosentris. Pandangan heliosentris baru muncul kembali kelak pada masa renaisan dan dikemukakan oleh Copernicus (1473 – 1543).

Hiparchus (161 – 126 SM)

Beliau mempertegas konsep geosentris yang sesuai dengan pendapat umum saat itu. Hasil pengamatannya yang teliti mengenai benda-benda langit menghasilkan pengetahuan yang sangat berguna bagi keperluan pelayaran/navigasi hingga sekarang. 

Perkembangan Geografi Klasik  Zaman Yunani
Hiparchus

Teori yang diawali dengan sistem yang salah itu, kemudian dikutip dan dikembangkan lebih lanjut oleh Ptolomeus, pada abad pertengahan menjadikan landasan filsafat agama (Katolik Romawi) yang mendominasi berbagai segi kehidupan di Eropa. Dalam sejarah sering disebut sebagai zaman kemunduran atau bahkan zaman kegelapan.

Strabo ( 66 – 24 SM)

Beliau dilahirkan di Amasia (Turki Tengah) dan lebih dikenal sebagai ahli sejarah, tetapi bukunya yang berjudul Geographi memberi sumbangan tersendiri dalam sejarah pertumbuhan geografi.

Strabo menulis buku Geographi sebanyak 17 jilid telah dicatat sebagai ahli yang memberi corak kecenderungan baru dalam geografi zaman Yunani, yaitu dalam hal perhatiannya yang berbeda-beda pada tempat-tempat di muka bumi, khususnya menyangkut variasi kultural dalam ruang. Selain menampilkan tinjauannya sekitar geografi matematika dan geografi fisis, ia juga menampilkan uraian tentang daerah-daerah dan memberikan perhatian pada pentingnya lokasi di samping bentuk dan ukuran suatu daerah. 

Perkembangan Geografi Klasik  Zaman Yunani
Strabo

Ia juga mulai memperhatikan hubungan lingkungan alam dengan manusia. Dengan demikian Strabo telah membuat sintesis pengertian geografi, korografi dan topografi. Perhatiannya pada variasi kultural antara tempat-tempat di muka bumi, pada dasarnya ia juga telah memelopori pendekatan regional dalam kajian geografinya.

Claudius Ptolomeus (87 – 150 M)

Beliau merupakan tokoh penting terakhir geografi zaman Yunani. Di samping karya besarnya dalam astronomi yang berjudul Almagest, ia juga menulis buku Geographia yang terdiri dari 8 jilid. Jilid pertama memuat dasar-dasar teoritik termasuk susunan globe dan cara-cara proyeksi peta. Jilid II – VII memuat daftar tempat-tempat beserta keterangan lintang dan bujurnya.

Perkembangan Geografi Klasik  Zaman Yunani
Claudius Ptolomeus
 
Karya-karya beliau telah merangkum buah pikiran ahli sebelumnya dan menjadi dasar bagi pertumbuhan geografi masa-masa kemudian, sekalipun dalam bukunya terdapat beberapa kekeliruan, antara lain:

  1. Ukuran keliling bumi berdasarkan hasil Posidonius, hasil pengukurannya adalah besaran keliling bumi 18.000 mil atau kurang lebih 29.000 km)
  2. Pandangan geosentris

Ptolomeus sangat berjasa dalam usaha menyempurnakan cara menentukan lokasi tempat-tempat di muka bumi, yaitu dalam hal penggunaan garis lintang dan garis bujur. Sistem bintang yang dikaitkan dengan panjang siang hari yang berbeda-beda pada musim panas, dan dipakainya istilah ‘clima’, kemudian menjadi dasar pengembangan zona iklim dunia menurut lintangnya.

Baca juga: Eratosthenes

Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Perkembangan Geografi Klasik Zaman Yunani"