Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Teori Belajar Kognitif : Pengertian, Level, Fungsi dan Tokohnya

Pengertian

Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang mementingkan proses belajar daripada hasilnya. Teori ini menyatakan bahwa pada proses belajar, seseorang tidak hanya cenderung pada hubungan antara stimulus dan respon, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya. 

Teori Belajar Kognitif
KBM di kelas
Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

  • Proses belajar lebih penting daripada hasil.
  • Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan tingkah laku seorang individu.
  • Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah.
  • Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.
  • Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.

Perkembangan Kognitif

Setiap anak memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Hal itu karena perkembangan kognitifnya juga berbeda-beda. Namun demikian, ada hal-hal umum yang bisa dijadikan acuan perkembangan kognitif pada anak. 

Teori Piaget mengelompokkan perkembangan kognitif anak ke dalam empat tahapan, yaitu sebagai berikut.

1. Tahap sensorimotor (18-24 bulan)

Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia luar melalui indra sensorik dan kegiatan motoriknya.

2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut. Artinya, anak belum bisa melogika sesuatu.

3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak sudah mulai berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya.

4. Tahap operasional formal (12 tahun ke atas)

Tahap keempat ini menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas, menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya, dan tidak tergantung dengan manipulasi konkret.

Level Kognitif

Membahas masalah kognitif, tentu tak bisa dilepaskan dari bagaimana peserta didik dalam menghadapi soal-soal ujian yang dibebankan padanya. Oleh karena itu, sebelum membuat soal seorang guru harus mempertimbangkan level kognitifnya.

Level kognitif ini dibagi menjadi tiga level, yaitu sebagai berikut.

1. Level 1

Level ini menunjukkan tingkat kemampuan yang paling rendah karena hanya menuntut pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 1 ini mencakup soal C1 (mengingat) dan C2 (memahami).

2. Level 2

Pada level ini, tingkat kemampuannya tentu lebih tinggi daripada level 1 karena menuntut peserta didik untuk mampu menerapkan. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 2 mencakup soal C3 (mengaplikasikan).

3. Level 3

Tingkat kemampuan soal pada level 3 ini paling tinggi di antara dua level sebelumnya karena menuntut peserta didik untuk bisa menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 3 ini mencakup soal C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

Ranah dan Aspek Kognitif

Pembelajaran di ranah kognitif mengacu pada tingkat kecerdasan seseorang, misalnya pengetahuan dan keterampilan berpikir. Untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang di lingkungan sekolah, biasanya diadakan ujian. 

Di pembahasan level kognitif, kita mengenal istlah Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom merupakan pengelompokan suatu soal berdasarkan aspek kognitifnya. Menurut Benjamin Bloom, soal-soal di ranah kognitif memiliki enam aspek sebagai berikut.

  1. Pengetahuan (C1)
  2. Pemahaman (C2)
  3. Aplikasi (C3)
  4. Analisis (C4)
  5. Evaluasi (C5)
  6. Mencipta (C6)

Intinya, ranah dan aspek kognitif mengarah pada substansi pokok dalam materi pembelajaran beserta soal-soal yang dikembangkan dari materi tersebut.

Fungsi Kognitif

Teori kognitif ini erat hubungannya dengan fungsi kognitif sebagai hasil output dari proses pendekatan kognitif itu sendiri. Fungsi kognitif memiliki sejumlah dampak baik bagi murid yang akan bertahan dalam jangka waktu panjang. Fungsi kognitif antara lain:

1. Daya Ingat dan Memori

Membiasakan belajar secara kognitif sama hal nya dengan membiasakan diri berpikir kompleks dan kritis. Dengan begitu sistem saraf secara otomatis akan begitu fokus ketika menyerap informasi dan pengetahuan dalam proses yang cepat, kemudian menyimpannya dalam otak.

Dengan menerapkan teori belajar kognitif ini akan mewujudkan daya serap yang cepat dan memiliki memori jangka panjang. Bahkan dimulai sejak anak-anak di usia dini pun fungsi kognitif telah bekerja dan inilah yang akhirnya mempengaruhi tumbuh kembang anak.

2. Melejitkan Daya Ingat Anak

Sejak usia dini anak-anak dapat disajikan kegiatan yang dapat merangsang daya ingat mereka dengan metode yang baik. Ini juga akan membantu anak mengasah konsentrasi mereka agar tetap fokus. Melalui pendekatan kognitif dapat membuat para orang tua mampu melihat potensi yang ada pada anak mereka.

3. Perhatian

Fungsi selanjutnya yakni perhatian, dimana murid dengan pembelajaran kognitif akan mampu menyeleksi rangsangan terhadap bau, suara, gambar dan lainnya yang berhubungan dengan indera dengan baik.

Dalam fungsi ini juga murid akan mampu memfokuskan perhatian terhadap rangsangan tersebut dan juga mengabaikannya dalam waktu seketika. Artinya mereka akan sensitif terhadap sekitar dan mampu menyeleksi mana yang perlu difokuskan sehingga dapat memusatkan perhatian pada objek yang penting.

4. Fungsi Eksekutif

Pada tahap lanjut belajar dengan pendekatan kognitif mampu mewujudkan fungsi eksekutif. Dimana murid akan mampu membuat perencanaan dan mengeksekusinya dengan baik.

Melalui pendekatan kognitif, otak yang sudah terbiasa menyerap banyak konsep dan berpikir kompleks serta kreatif akhirnya mampu mewujudkan pribadi yang solutif, mampu melihat peluang dan menyelesaikan permasalahan.

5. Kemampuan Bahasa

Pendekatan kognitif juga memberikan pengaruh yang besar terhadap kemampuan berbahasa seseorang. Dalam prosesnya murid akan mampu berkomunikasi dengan baik dengan penyesuaian situasi yang baik juga.

Selain ini adanya perbedaan kemampuan bahasa setiap orang juga dipengaruhi oleh fungsi kognitif ini. Maka tidak heran apabila ada orang yang mampu menguasai banyak bahasa (polyglot) dengan adaptasi yang baik, serta ada pula yang kesulitan menguasai lebih dari satu atau dua bahasa.

6. Kemampuan Mengenali dan Merasakan

Kemampuan pengenalan benda-benda sekitar merupakan salah satu pengaruh dari fungsi kognitif yang sudah ada sejak tahap awal anak bertumbuh. Kemudian tingkat pengenalan inipun semakin meningkat hingga dapat membedakan hal-hal yang jauh lebih rumit.

Sebab, adanya pendekatan kognitif ini membuat seseorang mampu menyerap segala informasi dengan cepat kemudian melakukan pengamatan hingga akhirnya dapat membedakan benda.

Berdasarkan fungsi kognitifnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori kognitif memberikan pengaruh yang besar saat dilakukan pendekatan kognitif terhadap seseorang. Baik dalam hal belajar maupun pertumbuhan kembang seorang anak. Semuanya merupakan campur tangan konsep kognitif itu sendiri.

Tokoh-Tokoh Teori Kognitif 

Beberapa tokoh yang berperan dalam perkembangan teori belajar kognitif sebagai berikut:

1. Jean Piaget

Jean Piaget beranggapan bahwa suatu perkembangan kognitif adalah sebuah proses yang terjadi secara genetik. Oleh sebab itu, proses genetik diyakini berdasarkan dari kondisi biologis seseorang. Dalam hal ini, kondisi biologis dapat dilihat melalui adanya perkembangan atau pertumbuhan yang terjadi pada sistem saraf. Misalnya, seseorang yang bertambah usia, maka susunan susunan sistem sarafnya semakin kompleks, bahkan akan kemampuan yang dimiliki akan semakin bertambah.

Jean Piaget mengatakan bahwa kemampuan berpikir dan kekuatan mental dari seorang anak yang berbeda usia, maka perkembangan intelektual secara kualitatif juga berbeda. 

2. David Ausubel

Teori belajar kognitif David Ausubel bisa dikatakan dipengaruhi oleh teori kognitif Jean Piaget. David Ausubel selalu mengaitkan konsep atau skema konseptual Jean Piaget terhadap cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, David Ausubel selalu meyakini bahwa penalaran deduktif bisa digunakan untuk mencapai suatu pemahaman konsep, ide atau gagasan, dan prinsip.

Konsep teori kognitif David Ausubel mengutamakan kegiatan pembelajaran yang bermakna. Ia membagi “belajar yang bermakna” ke dalam dua jenis, yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghapal (rote learning).

David Ausubel beranggapan bahwa suatu kegiatan pembelajaran baru akan bermakna, jika guru dapat mengombinasikan konsep, prinsip, dan informasi verbal dengan baik. Dengan kata lain, proses belajar yang hanya dilakukan dengan menghapal saja tak akan mampu membuat kegiatan pembelajaran menjadi bermakna. Oleh sebab itu, supaya proses belajar bisa bermakna, maka seorang guru wajib untuk mampu mempresentasikan hal-hal apa yang perlu dipelajari oleh peserta didik. Sementara itu, peserta didik harus berusaha untuk memahami apa yang diberikan oleh guru.

3. Jerome Bruner

Jerome Bruner mengatakan bahwa seorang guru harus bisa untuk memberikan kesempatan pada peserta didiknya agar bisa menjadi seorang yang bisa menyelesaikan suatu masalah, seorang yang cerdas, seorang yang menyukai sejarah, seorang yang pandai dalam bidang matematika, dan sebagainya. Dalam pandangan Jerome Bruner proses belajar sangat dipengaruhi dengan adanya pengaruh kebudayaan terhadap perilaku peserta didik.

Free discovery learning adalah teori belajar kognitif yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh Jerome Bruner. Ia menyatakan bahwa suatu proses belajar atau pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan kreatif apabila seorang guru dapat memberikan kesempatan pada peserta didik demi menemukan sebuah konsep, aturan, teori, dan pemahaman yang berkaitan dengan kehidupan.

Selain itu, Jerome Bruner juga membagi perkembangan kognitif menjadi 3 tahap atau model, yaitu:

1. Tahap Enaktif

Tahap enaktif adalah tahap kognitif yang di mana seseorang sudah bisa melakukan berbagai macam aktivitas agar bisa memahami suatu lingkungan yang ada didekatnya. Misalnya, peserta didik mampu untuk menendang bola, tetapi tidak mampu untuk menggumpalkan atau menggambarkan kegiatan itu lewat kata-kata.

2. Tahap Ikonik

Tahap ikonik adalah tahap kognitif ketika seseorang sudah mengerti berbagai jenis objek atau “dunianya” dengan melihat gambar-gambar atau visualisasi verbal. Dengan kata lain, pada tahap kognitif ini seseorang akan memahami suatu hal melalui suatu perumpamaan atau perbandingan. Misalnya, peserta didik sudah memiliki gambaran tentang mobil yang sedang berjalan, tetapi mereka belum bisa mengungkapkan dalam sebuah susunan kalimat.

3. Tahap Simbolik

Tahap simbolik adalah tahap kognitif ketika seseorang sudah memiliki kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan atau ide-ide yang sifatnya abstrak dan biasanya akan dipengaruhi dengan kemampuan yang dimilikinya, seperti kemampuan bahasa dan kemampuan logika.

Baca : 

Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan


Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Teori Belajar Kognitif : Pengertian, Level, Fungsi dan Tokohnya"