Subduksi : Pengertian, Proses Terjadinya, Dampak dan Zona Subduksi di Indonesia
Pengertian
Subduksi adalah proses geologi di mana terdapat pada batas dua lempeng tektonik litosfer, lempeng atau kerak samudra yang lebih tipis menunjam ke bawah lempeng atau kerak benua yang lebih tebal secara konvergen.
Subduksi |
Zona subduksi dapat terjadi baik antara dua lempeng benua, antara dua lempeng samudra maupun antara lempeng benua dan samudra. Kerak samudra biasanya tenggelam ke dalam mantel di bawah kerak benua yang lebih ringan.
Proses Terjadinya Subduksi
Ada beberapa teori yang menjelaskan proses subduksi terjadi di kerak bumi, antara lain:
- Subduksi terjadi karena tumbukan besar asteroid atau komet di awal sejarah Bumi. Ini sangat masuk akal karena bukti geologis dari tumbukan besar yang tersebar di seluruh dunia.
- Zona subduksi terbentuk karena pergerakan lempeng sepotong lempeng mulai secara spontan tenggelam ke dalam mantel. Ini, kemudian menciptakan celah di permukaan bumi yang dipenuhi magma yang menghasilkan kerak baru dan muda. Hanya setelah juta tahun, lempeng yang tenggelam menjadi cukup berat untuk mulai menarik kedua lempeng secara bersama-sama, menciptakan gerakan lempeng horizontal dan subduksi teratur.
Proses Subduksi |
Subduksi adalah salah satu dari beberapa cara lempeng tektonik berinteraksi satu sama lain. Dampak pergerakan aau interaksi lempeng dapat menghasilkan bahaya alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan tanah longsor.
1. Gempa bumi
Zona subduksi dapat menimbulkan gempa bumi. Kerak benua yang bertabrakan, menyimpan energi yang dilepaskan saat gempa bumi. Skala zona subduksi dapat menyebabkan gempa bumi yang sangat besar. Gempa bumi terbesar yang pernah tercatat berada di zona subduksi, seperti skala 9,5 di Chile pada tahun 1960 dan 9,2 di Alaska pada tahun 1964. Besarnya gempa berkaitan dengan sesar yang menyebabkannya, dan sesar zona subduksi adalah yang terpanjang dan terluas di dunia. Zona subduksi Cascadia di lepas pantai Washington memiliki panjang sekitar 620 mil (1.000 km) dengan lebar sekitar 62 mil (100 km).
Gempa bumi yang lebih kecil juga terjadi di sepanjang lempeng turun, juga disebut lempengan. Gelombang seismik dari gempa dan getaran ini membantu para ilmuwan "melihat" ke dalam Bumi. Gempa mengungkapkan bahwa lempengan tenggelam cenderung menekuk pada sudut 25 hingga 45 derajat dari permukaan bumi, meskipun beberapa lebih datar atau curam.
2. Tsunami
Zona subduksi biasanya berada di sepanjang garis pantai. Saat gempa zona subduksi menghantam, kerak bumi melentur dan pecah. Untuk gempa bumi yang lebih besar dari skala 7,5 dapat menyebabkan tsunami, gelombang laut raksasa, dengan menggerakkan dasar laut tiba-tiba. Namun, tidak semua gempa di zona subduksi akan menimbulkan tsunami.
Saat lempeng tektonik meluncur ke dalam mantel, dimana satu lempeng yang mengandung litosfer samudra turun di bawah lempeng yang berdekatan, sehingga menelan litosfer samudra ke dalam mantel bumi. Aktivitas vulkanik saat lempeng disubduksi oleh panas dan tekanan mengubahnya menjadi magma, lapisan yang lebih panas di bawah kerak bumi, pemanasan melepaskan cairan yang terperangkap di lempeng tersebut. Cairan ini, seperti air laut dan karbon dioksida, naik ke lempeng atas dan sebagian dapat melelehkan kerak di atasnya, membentuk magma (batuan cair) yang membentuk gunung berapi.
Melihat Cincin Api Pasifik mengungkapkan hubungan antara zona subduksi dan gunung berapi. Pedalaman setiap zona subduksi adalah rantai gunung berapi menyembur yang disebut busur vulkanik, seperti Kepulauan Aleut Alaska. Letusan gunung api Toba di Indonesia, letusan gunung berapi terbesar dalam 25 juta tahun terakhir, berasal dari gunung berapi zona subduksi.
4. Megathrust
Zona Subduksi pada bagian laut dangkal berpotensi melahirkan gempa besar atau sering disebut megathrust (tumbukan besar). Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa. Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting). Namun, dibanding gempa akibat patahan atau sesar, gempa jenis megathrust memiliki siklus lebih lambat karena periode akumulasi energi yang besar.
5. Bancuh
Bancuh dikenal dalam bahasa asing sebagai Melange, salah satu karakteristik dari batas konvergen yang terdiri dari batuan yang kacau (Chaotic) pecahan berbagai batuan dan teranjakkan (thrust fault). Bancuh (Melange) terbentuk dalam palung samudra yang tertekan oleh litosfer yang bergerak dan terseret dalam blok-blok yang dibatasi oleh sesar-sesar terajakkan (thrusted)
6. Busur Magmatik
Magmatisme busur (arc magmatism) adalah seluruh kegiatan magma hasil penunjaman lempeng samudra di bawah kerak bumi yang lain, baik kerak benua maupun kerak samudra, yang umumnya akan membentuk busur yang dikenal sebagai busur vulkanik atau busur magmatik.
7. Busur Kepulauan
Busur Kepulauan (Island arc) adalah jalur gunung api/vulkanik yang terbentuk ketika lempeng samudra bertemu dengan lempeng samudra yang lain, kemudian yang satu menunjam (subducted plate) miring di bawah yang lain, lalu pada lempeng samudra yang tidak menunjam (overriding plate) terbentuk jalur gunung api hasil peleburan sebagian lempeng samudra yang menunjam dan mantel di sekitarnya pada kedalaman 100 - 150 km.
Zona Subduksi di Indonesia
Peta Zona Subduksi di Indonesia |
Baca juga : Letak Geologis Indonesia
Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan
Posting Komentar untuk "Subduksi : Pengertian, Proses Terjadinya, Dampak dan Zona Subduksi di Indonesia"