Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pulau Papua : Kondisi Geografis, Budaya dan Suku yang Mendiaminya

Papua atau Guinea Baru atau Nugini atau yang dulu pernah disebut dengan Irian atau Irian Jaya, adalah pulau terbesar kedua (setelah Greenland) di dunia yang terletak di sebelah utara Australia. Pulau ini dibagi menjadi dua wilayah yang bagian baratnya merupakan wilayah Indonesia dan bagian timurnya merupakan negara Papua Nugini. 

Pulau Papua atau Nugini
Pulau Papua
Di pulau yang bentuknya menyerupai burung cendrawasih ini terletak gunung tertinggi di Indonesia, yaitu Puncak Jaya (4.884 m). 

Penamaan

"Papua" saat ini digunakan, khususnya di Indonesia, untuk merujuk kepada pulau ini secara keseluruhan dan juga untuk wilayah Indonesia di pulau tersebut. Istilah "Papua" juga digunakan untuk merujuk kepada enam provinsi di wilayah Papua yang termasuk dalam wilayah pemerintahan negara Indonesia, yaitu Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan. 

"Nugini" dan "Guinea Baru" berasal dari kata New Guinea, nama yang diberikan oleh orang Barat yang di Indonesiakan. Mereka dahulu berpendapat bahwa tanah Papua mirip Guinea, sebuah wilayah di Afrika dan sehingga pulau ini disebut "Guinea yang baru". Kini, istilah ini digunakan oleh dunia internasional untuk merujuk pada keseluruhan pulau. Di Indonesia sendiri, istilah tersebut sebenarnya tidak pernah dipakai kecuali dalam kata-kata majemuk tertentu (kata fosil), seperti Papua Nugini dan Nugini Belanda.

"Irian" dahulu digunakan di Indonesia untuk mengacu terhadap pulau ini, sedangkan "Irian Barat" dan "Irian Jaya" dahulu digunakan pada wilayah Indonesia dari pulau ini dan provinsinya, yaitu "Provinsi Irian Jaya". Nama ini diusulkan oleh Marcus Kaisiepo, saudara dari Gubernur yang akan datang Frans Kaisiepo. Nama ini diambil dari Bahasa Biak yang berarti beruap, atau semangat untuk bangkit. Nama ini juga digunakan dalam bahasa pribumi lain seperti Bahasa Serui, Bahasa Merauke dan Bahasa Waropen. 

Nama ini digunakan sampai tahun 2001 di mana nama pulau beserta provinsinya diubah menjadi "Papua". Nama Irian yang awalnya disukai oleh penduduk asli Papua, sekarang dianggap sebagai nama yang diberikan oleh Jakarta.

Lembah Baliem di Papua
Lembah Baliem
Kondisi Geografis

Letak Astronomis

Secara astronomis, Pulau Papua terletak di antara 0º 20' LS - 10º 42' LS dan membentang dari 131º BT - 151º BT.

Letak Geografis

Letak geografis Pulau Papua meliputi beberapa batas laut dan batas daratnya. 

Batas laut 

Pulau Papua meliputi: Sebelah utara : Laut Filipina, Sebelah selatan: Laut Arafuru, Sebelah timur: Samudra Pasifik dan Sebelah barat: Laut Arafuru dan Laut Banda 

Batas darat 

Pulau Papua meliputi: Sebelah utara: Kepulauan Palau, Sebelah selatan: Negara Australia, Sebelah timur: Negara Papua Nugini dan Sebelah barat: Kepulauan Maluku

Kondisi Alam

Keadaan Alam di Pulau Papua Keadaan alam di Pulau Papua yang bisa diamati pada peta meliputi beberapa kenampakan geografis seperti dari gunung, sungai, dataran rendah dan pantai. Adapun Nama-nama gunung di Pulau Papua contohnya Gunung Mandala, Puncak Jaya Wijaya, Gunung Sumantri, dan Gunung Yamin. Nama-nama sungai di Pulau Papua Sungai contohnya Sungai Membaramo, Sungai Digul, Sungai Baliem, Sungai Turiku, Sungai Kumbe, Sungai Maro, Sungai Tami, Sungai Sobger, hingga sungai Lorentz. Nama-nama dataran rendah di Pulau Papua contohnya Dataran rendah Trans-Fly, Teluk Papua, Arafuru, dataran rendah barat laut Papua, dan dataran rendah pesisir bagian selatan Papua. Nama-nama pantai di Pulau Papua contohnya Pantai Teluk Triton, Pantai Pasir Putih, Pantai Bakaro, dan Pantai Tablanusu.

Pulau Papua
Kondisi alam Papua
Kondisi Geologis 

Apabila dilihat secara kasatmata pulau Papua terlihat membentuk seperti burung, di mana bagian kepala merupakan Provinsi Papua Barat, badan merupakan Provinsi Papua, dan ekor merupakan Papua Nugini. Tektonik Papua dipengaruhi oleh pergerakan 2 lempeng besar yaitu lempeng Pasifik ke arah barat dan lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara. 

Tumbukan tersebut membentuk suatu tatanan struktur kompleks terhadap papua yang sebagian besar dilandasi kerak benua Indo-Australia. Pertemuan lempeng ini juga menghasilkan zona subduksi oblique yang merupakan zona pertemuan busur vulkanik (pasifik) dan kontinen (IndoAustralia). Pulau Papua memiliki tektonical setting yang sangat komplek, di mana hasilnya membawa material dari mantel dan terakumulasi di Pulau Papua,sehingga Papua memiliki SDA yang menarik. Karena akibat dari tektonical setting berupa patahan dan lipatan tersebut, sehingga menghasilkan material-material yang berada dari dalam mantel terekspos sehingga menghasilkan banyak sumber daya alam berupa bahan tambang seperti emas, tembaga, dan lain-lain.

Subduksi yang terjadi tadi berubah menjadi kolisi, sebagai hasilnya salah satunya berupa pegunungan Jaya Wijaya yang merupakan pegunungan non-vulkanik dengan puncak tertinggi di Indonesia, memiliki puncak dengan ketinggian 4.884 m dengan panjang pegunungan kurang lebih 1300 km dan merupakan pegunungan tertinggi di Asia Tenggara. Diketahui bahwa pegunungan Jaya Wijaya ini terbentuk akibat adanya proses patahan dan lipatan yang terjadi akibat kolisi antar lempeng-lempeng tersebut yaitu lempang Pasifik dan lempeng Indo-Australia.

Telaga Bintang di Papua Barat
Telaga Bintang
Penduduk dan Budaya

Papua memiliki keragaman tradisi dan budaya, yang hingga kini masih dilestarikan oleh suku-suku yang mendiaminya. Kata Papua sendiri berasal dari bahasa Melayu, yang artinya rambut keriting, mengacu pada penampilan fisik suku-suku asli di sana. 

Jumlah suku di Papua diperkirakan mencapai 255, yang masing-masing mempunyai bahasa dan kebudayaan sendiri.

1. Suku Asmat 

Suku Asmat merupakan suku asli Papua yang mayoritas mendiami wilayah Papua di bagian selatan. Mereka tinggal di sekitaran sungai besar, seperti Sungai Aswets, Sungai Pomats, Sungai Undir, dan Sungai Bets. Orang-orang suku Asmat dapat dikatakan berada di wilayah yang terisolasi dari dunia luar, karena sulit dijangkau. Mereka umumnya memiliki mata pencarian sebagai pemburu hewan liar seperti babi hutan, serta menangkap ikan di sungai. 

Selain itu, mereka memanen pohon sagu untuk bahan makanan sehari-hari. Dalam kehidupan sosialnya, rumah orang-orang Asat dibedakan dengan diberi tanda Ye, Je, dan Yeu

Ye menjadi tanda bagi rumah yang dihuni oleh para bujangan atau laki-laki masyarakat Asmat, Je adalah rumah yang dihuni oleh perempuan dan anak-anak, sedangkan Yeu digunakan sebagai pusat kegiatan sosial dan religi.

Suku Asmat merupakan suku di Papua
Suku Asmat
2. Suku Dani 

Suku Dani adalah salah satu suku bangsa yang mendiami pedalaman Papua, tepatnya di wilayah dataran tinggi Pegunungan Jayawijaya bagian tengah. Masyarakat suku ini biasanya berada di sekitar hulu sungai besar, salah satunya adalah Sungai Memberamo. 

Dalam kehidupan sehari-harinya, suku Dani memiliki bahasa yang mirip dengan bahasa Melanesia dan Pasifik Barat. Bahasa mereka memiliki dua dialek, yakni dialek Dani barat atau bahasa Lanny dan dialek Dani lembah besar atau Dani Baliem. Suku Dani dianggap sebagai keturunan dari gelombang awal perpindahan manusia dari daratan Asia yang terjadi ribuan tahun yang lalu

3. Suku Amungme 

Suku Amungme atau yang disebut dengan Amui atau Hamung, merupakan suku yang mendiami wilayah Pegunungan Jayawijaya. Masyarakat suku ini hidup dengan cara berkelompok dan mendirikan rumah di atas tiang kayu dan atapnya terbuat dari alang-alang atau daun rumbia. Biasanya, setiap kelompok suku Amungme terdiri dari lima hingga 10 rumah tangga. Dalam kesehariannya, suku ini menggunakan bahasa Uhunduni, yang memiliki beberapa dialek, seperti Amung, Enggipilu, dan Damal.

4. Suku Muyu 

Suku Muyu merupakan suku yang mendiami wilayah Kabupaten Boven Digoel di Provinsi Papua. Nenek moyang mereka sebelumnya tinggal di dekat Sungai Muyu, Merauke. Orang-orang suku Muyu saat ini menguasai birokrasi Kabupaten Boven Digoel. Banyak dari mereka yang menjadi pegawai pemerintahan. Hal itu disebabkan oleh karakter mereka yang hemat, pekerja keras, dan mementingkan pendidikan

Selain itu, berikut ini beberapa suku yang mendiami Papua, yaitu: Ansus, Ayamaru, Bauzi, Biak, Empur, Hatam, Komoro, Mee, Meyakh, Moskona, Nafri, Sentani, Souk, Waropen, Wamesa, Muyu, Tobati, Enggros, Korowai, Fuyu, dan sebagainya

Baca juga : 

Sumber : Berbagai sumber dan referensi yang relevan


Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Pulau Papua : Kondisi Geografis, Budaya dan Suku yang Mendiaminya"